Senin, 31 Oktober 2011

Skripsi Keperawatan

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA BANTU VCD DAN MODUL
TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG ASUHAN
KEPERAWATAN PADA IBU POSTPARTUM
DI BANGSAL ANGGREK 2 RSUP DR. SARDJITO
Skripsi
Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat
Sarjana Keperawatan Universitas Gadjah Mada
Disusun Oleh :
RAFIKA DORA WIJAYA
04/174842/KU/11002
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
MEI, 2008
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi
PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA BANTU VCD DAN MODUL
TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG ASUHAN
KEPERAWATAN PADA IBU POSTPARTUM
DI BANGSAL ANGGREK 2 RSUP DR. SARDJITO
Diajukan oleh :
RAFIKA DORA WIJAYA
04/174842/KU/11002
Telah diujikan dan diseminarkan
pada tanggal : 23 Mei 2008
Penguji I
dr. Gandes Retno R, M.Med.Ed.,Ph.D
NIP. 132 207 270
Penguji II
Wenny Artanty N,S.Kep.Ns.,M.Kes
Penguji III
Widyawati, S.Kp.,M.Kes
NIP. 132 302 905
Mengetahui,
Dekan
u.b. Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan
Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada
Prof. dr. Iwan Dwiprahasto, M. Med.Sc, Ph.D
NIP. 131 860 994
PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA BANTU VCD DAN MODUL
TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG ASUHAN
KEPERAWATAN PADA IBU POSTPARTUM DI BANGSAL ANGGREK 2
RSUP. DR. SARDJITO
INTISARI
Latar Belakang : Periode postpartum merupakan masa yang penting untuk
megadopsi peran ibu dan rentan terhadap kematian. Delapan puluh persen
kematian maternal merupakan akibat kenaikan komplikasi selama kehamilan,
persalinan dan setelah melahirkan. Mengingat pentingnya adaptasi pada masa ini
maka perawat diharapkan bisa menyediakan pelayanan keperawatan dengan
memberikan pengetahuan tentang perawatan ibu dan bayi kepada ibu postpartum.
Salah satu media yang memberikan berbagai kelebihan adalah VCD dan Modul.
Media bantu VCD dan Modul ini diharapan dapat menjadi sarana pembelajaran
untuk meningkatkan pengetahuan perawat tentang asuhan keperawatan pada ibu
postpartum.
Tujuan : Untuk memperoleh informasi tentang tingkat pengetahuan
perawat/ bidan tentang asuhan keperawatan pada ibu postpartum sebelum dan
setelah mendapat pelatihan dengan menggunakan media bantu VCD dan modul.
Metode : Penelitian ini merupakan penelitian preeksperimental dengan
desain one group pre test post test design. Sampel penelitian terdiri dari 11 orang
perawat/bidan di bangsal Anggrek 2 RSUP Dr. Sardjito. Sampel dipilih dengan
metode total sampling. Pre test dilakukan sebelum pemutaran VCD dan
pembagian Modul, kemudian post test dilakukan untuk mengukur tingkat
pengetahuan dilakukan setelah pelatihan. Setelah dilakukan pengisian kuesioner
tingkat pengetahuan tentang asuhan keperawatan pada ibu postpartum selanjutnya
dilakukan cross check dengan melakukan wawancara responden. Data hasil
penelitian ini dianalisis secara deskriptif kuantitatif dengan metode persentase dan
paired- simple t-test, dan hasilnya ditampilkan dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi.
Hasil : Pelatihan tentang asuhan keperawatan pada ibu postpartum dengan
menggunakan media bantu VCD dan modul dapat meningkatkan skor
pengetahuan, akan tetapi hasilnya tidak bermakna. Pada topik masalah menyusui,
afterpain, perineum, perkemihan, eliminasi fekal, hemoroid dan pengetahuan
perawatan di rumah terdapat peningkatan skor tingkat pengetahuan, sedangkan
pada topik masalah nyeri punggung, kelelahan dan psikologis terdapat penurunan
skor tingkat pengtahuan. Hasil skor tingkat pengetahuan perawat/ bidan sebelum
diberikan pelatihan sudah baik sekali dan tetap sangat baik setelah diberikan
pelatihan asuhan keperawatan pada ibu postpartum dengan media bantu VCD dan
modul.
Kesimpulan : Pelatihan tentang asuhan keperawatan pada ibu postpartum dengan
menggunakan media bantu VCD dan modul dapat meningkatkan skor
pengetahuan, akan tetapi hasinya tidak bermakna.
Kata kunci: Postpartum, VCD, modul, pengetahuan, asuhan keperawatan, media
bantu
EFFECT OF USE OF VCD AND MODUL TO KNOWLEDGE OF NURSES
ABOUT NURSING CARE OF POSTPARTUM MOTHER AT ANGGREK 2
WARD OF DR. SARDJITO HOSPITAL
ABSTRACT
Background: Postpartum period is a crucial time for the adoption of mother’s
role and for maternal mortality. Eighty percent of maternal mortality is caused by
complications during pregnancy, childbirth, and postpartum. Considering the
importance of adaptation during this period, nurses are expected to be able to give
nursing service by providing knowledge about mother and child care to
postpartum mothers. Media which give some advantages are VCD and module.
These media can become learning resources to improve knowledge of nurses
about nursing care for postpartum mothers.
Objective: To identify increase of knowledge of nurses/midwives about nursing
care for postpartum mothers before and after training using VCD and module
learning aids.
Method: The study was pre-experimental with one group pre-test and post-test
design. Samples consisted of totally taken 11 nurses/ midwives at Anggrek 2 ward
of Dr. Sardjto hospital. Pre test was carried out before the playing of VCD and
distribution of module. Next, post test was carried out to assess knowledge after
training. After the filling in of questionnaire on knowledge about nursing care for
postpartum mothers crosscheck was made through interview with respondents.
The result of study was analyzed descriptively and quantitatively using percentage
and simple paired t-test and presented in frequency distribution table.
Result: Training on nursing care for postpartum mothers using VCD module
learning aids could improve score of knowledge but the result was insignificant.
In topics on breastfeeding, after pain, perineum, bladder, fecal elimination,
hemorrhage and knowledge on home nursing there was increase of score of
knowledge, whereas in topics on back pain, fatigue and psychology there was
decrease of score of knowledge. Score of knowledge of nurses/ midwives
before training was very good and remained very good after training on nursing
care for postpartum mothers using VCD and module
Conclusion: Training on nursing care for postpartum mothers using VCD and
module could increase score of knowledge, however the result was in significant.
Keyword: postpartum, VCD, module, knowledge, nursing care, learning aids.
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Ta’ala, Ar Rohman tempat bergantung segala makhluk.
Sungguh anugerah yang indah sekali sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul ” Pengaruh Penggunaan Media Bantu VCD dan Modul
terhadap Tingkat Pengetahuan Perawat tentang Asuhan Keperawatan pada
Ibu Postpartum di Bangsal Anggrek 2 RSUP. Dr. Sardjito”. Shalawat dan
salam semoga tercurah lepada Rasulullah, uswah, teladan sekaligus guru besar
yang menggores sejarah dan menjadi pedoman bagi setiap pengikutnya. Tak lupa
rasa terima kasih penulis sampaikan kepada:
1. Prof. Dr. dr. Hardiyanto Soebono, Sp.KK (K), selaku dekan Fakultas
Kedokteran Universitas Gadjah Mada
2. Ibu Lely Lusmilasari, SKp., M.Kes selaku Ketua Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada
3. Ibu Gandes Retno Rahayu M.Med.Ed.,Ph.D selaku pembimbing I yang
telah banyak memberikan dorongan, semangat, arahan dan bimbingan
kepada penulis
4. Ibu Wenny Artanty Nisma, S.Kep., Ns., M.Kes selaku pembimbing II yang
telah banyak memberi masukan, saran, bimbingan dan motivasi kepada
penulis
5. Bapak Widyawati, SKp., M.Kes selaku penguji yang telah memberikan
masukan dan saran untuk penulis
6. Kepala ruang Bangsal Anggrek 2 RSUP Dr. Sardjito atas bantuannya
selama penulis melakukan penelitian
7. Kepada seluruh perawat di bangsal Anggrek 2 RSUP Dr. Sardjito atas
semua bantuan, bimbingan dan kesediaannya selama penulis melakukan
penelitian
8. Papa, Ibu, Kakak (Rifky Dora Wijayati) , my family yang senantiasa
mensupport, memberikan kasih sayang, second opinión dan inspirasi yang
tidak ternilai harganya.
9. Teman-teman tercinta di “Wisma Sagan GK V no 965 A” (Mba Diy,
Andien, Tita, Yenot, Evie, Mba Vivie, Hilde, Upik, Puput dan Najwa)
terima kasih atas semua dukungan, ketenangan dan bantuannya sampai
saat ini
10. Rekan-rekan sejawat di PSIK 2004 yang telah memberikan pertimbangan,
saran dan dukungan bagi penulis dalam penyusunan skripsi ini
11. Ukhti wa akhifillah (Ijul, Neetha, Mira, Erlin, Ita, Laili, Wurí, Mita, Arum,
Mba Irul, Galuh, Akhid, Bangun, Eri, Sony, dan Arif), terimakasih atas
bantuan, dukungan dan persahabatan yang kalian berikan selama ini.
12. Rekan-rekan HIMIKA PSIK FK UGM yang turut memberiku inspirasi.
13. Adik-adikku (Vivie, Endah, Asih Pamularsih, Indar, Melin, Linda, Ikmi,
Trisna, Ria, Ayu, Diah, Inna, O’I’, Anjas, Yuliasih) yang senantiasa
membuat letih terkurangi.
Akhirnya, tak ada gading yang tak retak, penulis menanti kritik, saran dari
pembaca sekalian. semoga skripsi ini memberi manfaat bagi penulis maupun
pembaca, aamiin.
Yogyakarta, 24 Juni 2008
Penulis
PERSEMBAHAN
Tidaklah seseorang mulia hanya karena nasabnya,
melainkan karena ilmu yang ada padanya.
Ilmu tidak didapatkan dengan kemudahan namun penuh dengan
ujian,
dan ujian tidak dapat dilalui tanpa kesabaran.
Para penuntut ilmu adalah orang yang sabar dan banyak berdoa
Sungguh, kesabaran dan doa adalah pembuka pintu
kebahagiaan
Alloh mencintai orang yang beilmu dan Alloh suka
kepada orang yang banyak berdoa
“ Tulisan ini kupersembahkan untuk Papa, Ibu dan Kakakku, my
beloved family.
Kupersembahkan pula untuk dunia yang menantikarya nyataku.
Selain keimanan, maka kalian adalah karunia Alloh yang terbesar
bagiku
Terimakasih atas semua cinta yang dapat membuatku tertawa,
bahagia, terharu, dan menangis
Terimakasih atas dukungan dan doa yang telah menjadi cahaya
dan penyemangat untukku selama ini
Tetaplah menjadi sumber cinta dan semangatku. Barokallohu fik”
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................ii
INTISARI...............................................................................................................iii
ABSTRACT............................................................................................................iv
KATA PENGANTAR...............................................................................................v
PERSEMBAHAN..................................................................................................vii
DAFTAR ISI ........................................................................................................viii
DAFTAR TABEL.....................................................................................................x
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................xi
DAFTAR
LAMPIRAN...............................................................................................xii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .....................................................................
1
B. Rumusan Masalah .....................................................................
6
C. Tujuan Penelitian ......................................................................
7
D. Manfaat Penelitian ......................................................................
8
E. Keaslian Penelitian ......................................................................
8
BAB II: TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka ..................................................................................
11
1. Pengertian pendidikan kesehatan ..............................................
11
2. Peran perawat dalam pendidikan kesehatan
.................................. 13
3. Tujuan pendidikan kesehatan
.......................................................... 13
4. Maksud, manfaat dan sasaran pendidikan pasien ......................
13
5. Media pendidikan kesehatan
.......................................................... 14
6. Multimedia ........................................................................
.......... 15
7. Modul ....................................................................................
.......... 18
8. Pengetahuan ........................................................................
.......... 18
9. Faktor yang mempengaruhi pengetahuan ..................................
22
10. Asuhan keperawatan
...................................................................... 23
11. Tujuan asuhan keperawatan pada ibu postpartum
....................... 25
12. Postpartum ........................................................................
........... 26
B. Landasan Teori ...................................................................................
32
C. Kerangka Teori ...................................................................................
33
D. Kerangka Konsep Penelitian ...........................................................
33
E. Hipotesis Penelitian .......................................................................
34
BAB III: METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ..........................................................
35
B. Subjek Penelitian ..................................................................................
36
C. Tempat dan Waktu Penelitian ..........................................................
37
D. Variabel Penelitian ......................................................................
37
E. Definisi Operasional ......................................................................
37
F. Instrumen Penelitian ......................................................................
38
G. Uji Validitas ..................................................................................
39
H. Uji Reliabilitas ..................................................................................
40
I. Jalannya Penelitian ......................................................................
41
J. Analisis Data ..................................................................................
44
K. Keterbatasan Penelitian ......................................................................
45
L. Hambatan Penelitian ............................................................................
46
BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ..................................................
47
B. Karakteristik Responden .....................................................................
47
C. Pengetahuan Responden tentang Asuhan Keperawatan pada Ibu
Postpartum ........................................................................................
49
D. Pengetahuan Responden Per Topik ...................................................
56
E. Pengetahuan Responden tentang Asuhan Keperawatan pada Ibu
Postpartum Tiap Aspek Pertanyaan ..................................................
61
BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ............................................................................................
67
B. Saran .....................................................................................................
68
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................
69
LAMPIRAN ..........................................................................................................
74
DAFTAR TABEL
Tabel 1. : Kisi-kisi Pertanyaan Pengetahuan tentang Asuhan Keperawatan Ibu
Postpartum
Tabel 2. : Kegiatan Pelatihan Asuhan Keperawtan pada Ibu Postpartum
Tabel 3. : Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Kerja, Pendidikan,
Usia dan Keikutsertaan Pelatihan pada Perawat Bangsal Anggrek2
RSUP Dr. Sardjito.
Tabel 4. : Daftar Nilai Pre test dan Post test Peserta Pelatihan Asuhan
Keperawatan pada ibu Postpartum.
Tabel 5. : Daftar Nilai Pre test dan Post test Peserta Pelatihan Asuhan
Keperawatan pada ibu Postpartum Tiap Aspek
Tabel 6 : Daftar Nilai Pre test dan Post test Peserta Pelatihan Asuhan
Keperawatan pada ibu Postpartum Berdasarkan Item Pertanyaan.
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. : Proses Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Gambar 2. : Kerangka Konsep Penelitian
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Lembar Permohonan sebagai Responden
Lampiran 2. Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 3. Lembar Data Diri Responden
Lampiran 4. Daftar Pertanyaan Alat Ukur Pengetahuan tentang Asuhan
Keperawatan pada Ibu Postpartum
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Angka Kematian Ibu berguna untuk menggambarkan status gizi dan kesehatan
ibu, kondisi kesehatan lingkungan serta tingkat pelayanan kesehatan terutama
untuk ibu hamil, melahirkan dan masa nifas (Permata, 2002). Derajat kesehatan
penduduk secara optimal dapat pula diukur dengan indikator antara lain angka
kematian ibu, angka kematian bayi, dan tingkat kesuburan penduduk yang sangat
erat kaitannya dengan pelayanan KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) dan KB
(Keluarga Berencana) (Ambarwati, 2006).
Berdasarkan data WHO (1999) sekitar 80 % kematian maternal merupakan
akibat meningkatnya komplikasi selama kehamilan, persalinan dan setelah
melahirkan (Yulianto, 2004). Di dunia, setiap menit seorang perempuan
meninggal karena komplikasi terkait dengan kehamilan dan persalinan. Di
Indonesia, dua orang ibu meninggal setiap jam karena kehamilan, persalinan dan
nifas (Universitas Indonesia, 2005). Berdasarkan SKRT (2003), Angka Kematian
Ibu (AKI) Indonesia mencapai 307/ 100.000 kelahiran hidup, hal ini berbeda
sekali dengan Singapura yang berhasil menekan angka kematian ibu menjadi 6 per
seratus ribu kelahiran hidup saja (Depkes, 1998). Data lain menyebutkan bahwa
AKI di Indonesia masih relatif lebih tinggi jika dibandingkan dengan negaranegara
anggota ASEAN. Risiko kematian ibu karena melahirkan di Indonesia
adalah 1 dari 65, sedangkan di Thailand menunjukkan angka 1 dari 1.100
(Bappenas, 2007).
Dalam menanggulangi hal tersebut, berbagai usaha untuk menurunkan AKI
telah dilakukan, diantaranya: 1) Program safe motherhood (1998); 2) Gerakan
Sayang Ibu (1996); 3) Gerakan Nasional Kehamilan yang Aman/ Making
Pragnancy Saver (MPS) dan 4) Kerjasama POGI, IDAI, IDI, dan Depkes 2002
oleh yayasan Bina Pustaka yang menerbitkan Buku Panduan Praktis Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal. Berbagai program itu telah dilaksanakan akan
tetapi pada kenyataannya AKI baru bisa diturunkan menjadi 307/ 100.000 pada
tahun 2003. Perkembangan selanjutnya menunjukkan bahwa angka tersebut
mengalami penurunan lagi menjadi 290,8 per seratus ribu kelahiran hidup
pada tahun 2005 (Jakir, 2006).
Pada tahun 2003 angka kematian ibu di Yogyakarta mencapai 110/100.000
kelahiran hidup. Data yang tercatat dari Dinas Kesehatan Daerah Istimewa
Yogyakarta bahwa kematian maternal tahun 2004 di Yogyakarta terdapat 33 kasus
yaitu Kotamadya Yogyakarta 5 kasus, Bantul 8 kasus, Kulonprogo 4 kasus,
Gunungkidul 4 kasus dan Sleman 12 kasus (Purwantiningsih, 2006). Data tersebut
semakin menguatkan perlunya penanganan serius bagi kematian maternal.
Berbagai faktor penyebab tingginya AKI seringkali dijumpai secara
bersamaan dan tumpang tindih. Salah satu faktor yang menyebabkan AKI masih
tinggi diantaranya adalah mutu pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan ini
berkaitan langsung dengan penanganan kasus AKI yang dinamakan trias
terlambat, diantaranya:
1. Terlambat deteksi bahaya dini selama kehamilan, persalinan dan nifas, serta
dalam mengambil keputusan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan ibu
dan neonatal.
2. Terlambat merujuk ke fasilitas kesehatan karena kondisi geografis dan
sulitnya trasportasi.
3. Terlambat mendapatkan pelayanan kesehatan yang memadai di tempat
rujukan.
Telah diketahui bahwa 3 penyebab utama kematian ibu di bidang obstetri
adalah perdarahan 45%, infeksi 15 % dan hipertensi dalam kehamilan 13 %
(SKRT 1995). Sejalan dengan data tersebut, kebanyakan kematian maternal terjadi
3 hari sehabis melahirkan karena terserang infeksi. Oleh karena itu, baik ibu,
keluarga maupun tenaga kesehatan perlu belajar hal-hal yang berkaitan dengan
komplikasi postpartum ini (Roeshadi, 2006).
WHO telah merekomendasikan program Making Pregnancy Safer yang salah
satu fokus penanganannya pada pencegahan perdarahan postpartum. Perdarahan
postpartum ini adalah penyebab utama kematian maternal. Tidak kurang
seperempat dari seluruh kematian maternal disebabkan oleh perdarahan (WHO,
2006). Di negara berkembang, perempuan cenderung lebih mendapat perawatan
antenatal atau perawatan sebelum melahirkan dibandingkan mendapat perawatan
kebidanan yang seharusnya diterima selama persalinan dan pasca persalinan.
Nyatanya, lebih dari separuh jumlah seluruh kematian ibu terjadi dalam waktu 24
jam setelah melahirkan, sebagian besar karena terlalu banyak mengeluarkan
darah. Perdarahan hebat adalah penyebab paling utama dari kematian ibu di
seluruh dunia. Sebenarnya perdarahan postpartum dini seringkali dapat ditangani
dengan perawatan dasar, namun keterlambatan dapat mengakibatkan komplikasi
lebih lanjut sehingga memerlukan pelayanan yang komperhensif. Pencegahan,
diagnosis dan penanganan pada jam-jam pertama sangatlah penting untuk
mengatasi perdarahan. Disamping itu risiko-risiko lain seperti infeksi dan
komplikasi juga dapat mengancam jiwa (Shane, 2002).
Periode postpartum merupakan masa untuk beradaptasi dengan perubahan
fisik dan psikologis. Serta salah satu masa untuk mengadopsi peran ibu (Bobak et
al, 2004). Mengingat pentingnya adaptasi pada masa ini maka perawat
diharapkan bisa memberi kontribusi dengan menyediakan pelayanan keperawatan
yang mendukung pelaksanaan asuhan keperawatan pada ibu postpartum ini. Salah
satu cara yang bisa dilakukan perawat adalah dengan mengoptimalkan fungsinya
sebagai edukator dengan memberikan pengetahuan tentang perawatan ibu dan
bayi kepada ibu postpartum. Permasalahan ibu postpartum ini sebetulnya bisa
dicegah, salah satunya dengan memberikan penyuluhan yang berkesinambungan
pada ibu postpartum. Kurangnya pengetahuan ibu postpartum tentang perawatan
ibu dan bayi, dapat ditopang dengan meningkatkan pemahaman tenaga kesehatan
khususnya perawat dan bidan tentang asuhan keperawatan ibu postpartum.
Menurut hasil wawancara yang dilakukan peneliti terhadap perawat dan bidan
di bangsal Anggrek 2 RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta pada tanggal 30 April 2007
bahwa program pelatihan ibu postpartum jarang dilaksanakan dan tidak dilakukan
secara berkesinambungan karena jumlah perawat yang tidak memadai dan beban
kerja yang ada. RSUP Dr. Sardjito sebetulnya pernah mengadakan program
pelatihan yang melibatkan ibu postpartum yaitu program pelatihan breast care.
Akan tetapi program tersebut sudah tidak dilaksanakan sejak tiga tahun yang lalu.
Menurut Notoatmojo (1997) perubahan perilaku baru/ adopsi perilaku yang
didasari oleh pengetahuan akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya
perilaku yang tidak didasarkan oleh pengetahuan dan kesadaran tidak akan
berlangsung lama. Ada berbagai faktor yang mempengaruhi pengetahuan
seseorang salah satunya adalah media. Media yang memiliki jumlah dan kualitas
yang cukup memberi kesempatan pembelajar untuk menigkatkan pemahaman
dengan cukup baik. Selain itu media yang ditawarkan harus memperhatikan minat
yang beragam dan bahan utama tersebut tidak boleh dinomorduakan (Suparno,
2001).
Salah satu media yang menjanjikan berbagai kelebihan adalah penggunaan
video pendidikan dalam proses pengajaran dan pembelajaran. Hal ini sesuai
dengan berbagai alasan sebagai berikut:
1. Video mampu menggambarkan keadaan nyata/ menyerupai keadaan
sebenarnya.
2. Video bersifat dinamis sehingga merangsang rasa dan mudah memberi kesan.
3. Video memungkinkan penerangan berulang-ulang.
4. Penggunaan media ini juga mempercepat kadar pemahaman seseorang.
5. Video mampu meraih emosi seseorang sehingga seseorang tidak langsung
mengubah sikap seseorang dengan lebih mudah.
Disamping itu percepatan pembelajaran dapat pula diupayakan dengan
menggunakan sistem modul. Modul sebagai alat dan sarana pembelajaran yang
berisi materi, metode, dan cara yang sistematis untuk mencapai kompetensi yang
diharapkan (Depdiknas, 2003)
Berawal dari latar belakang ini peneliti termotivasi untuk turut serta
membantu peningkatan pengetahuan tenaga kesehatan khususnya perawat dan
bidan dengan melakukan penelitian “Pengaruh Penggunaan Media Bantu VCD
dan Modul terhadap Tingkat Pengetahuan Perawat tentang Asuhan Keperawatan
pada Ibu Postpartum di Bangsal Anggrek 2 RSUP Dr. Sardjito”.
B. Rumusan Masalah
Berdasar uraian di atas diketahui bahwa kesadaran perawat/bidan mengenai
risiko kematian pada ibu postpartum sudah ada, namun hal itu belum diimbangi
dengan tingkat pengetahuan yang cukup tentang asuhan keperawatan postpartum.
Pelatihan dengan menggunakan media bantu VCD dan modul merupakan salah
satu jenis media pengajaran yang banyak digemari saat ini.
Penelitian tentang efek penggunaan media audiovisual pernah dilakukan.
Namun penelitian kali ini lebih mendalami tentang penerapan pelatihan
menggunakan media bantu VCD dan modul. Diharapkan dengan penelitian ini
akan memberikan pengetahuan praktis kepada perawat/bidan dan dunia kesehatan
pada khususnya. Dengan informasi praktis yang dapat diterapkan dengan baik
akan menghasilkan suatu kesadaran bahwa dengan pelatihan ini dapat
meningkatkan skor pengetahuan perawat/bidan yang berguna bagi pelayanan
keperawatan. Adapun rumusan masalah yang dapat diambil dari latar belakang
masalah tersebut adalah: Apakah pelatihan dengan menggunakan media bantu
VCD dan modul dapat meningkatkan skor pengetahuan perawat tentang asuhan
keperawatan pada ibu postpartum di Bangsal Anggrek 2 RSUP Dr. Sardjito.
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini memiliki tujuan umum dan tujuan khusus sebagai berikut:
1. Tujuan umum
Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh informasi tentang tingkat
pengetahuan perawat/bidan tentang asuhan keperawatan ibu postpartum sebelum
dan setelah mendapat pelatihan dengan menggunakan media bantu VCD dan
modul.
2. Tujuan khusus
Pada tujuan yang lebih khusus, penelitian ini dilakukan untuk:
Mengetahui tingkat pengetahuan perawat/bidan sebelum dan setelah mendapat
pelatihan asuhan keperawatan pada ibu postpartum dengan menggunakan media
bantu VCD dan modul pada 10 aspek meliputi: a) masalah afterpain; b) masalah
perineum; c) masalah perkemihan; d) masalah eliminasi fecal; e) masalah
hemoroid; f) masalah kelelahan; g) masalah nyeri punggung; h) psikologis; i)
masalah menyusui; j) masalah pengetahuan perawatan di rumah.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini secara teroritis diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
pengembangan IPTEK berkaitan dengan pembelajaran dengan menggunakan
media bantu VCD dan Modul untuk meningkatkan pengetahuan perawat tentang
asuhan keperawatan pada ibu postpartum serta sebagai referensi untuk studi
lanjutan bagi para peneliti yang tertarik pada masalah yang sama.
Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan
bagi pengelola kepala Bangsal Anggrek 2 RSUP Dr. Sardjito (pemerintah) sebagai
salah satu upaya memberikan pelatihan kepada perawat/bidan sehingga
perawat/bidan dapat menyebarluaskan informasi kepada ibu postpartum tentang
asuhan keperawatan pada ibu postpartum.
E. Keaslian Penelitian
Sejauh pengetahuan peneliti, belum ada yang membahas pelatihan asuhan
keperawatan ibu postpartum pada perawat dan bidan dengan menggunakan media
bantu VCD dan modul . Adapun penelitian yang sudah membahas tentang metoda
alternatif sebagai metoda pendidikan kesehatan secara umum yaitu:
1. Penelitian Sriyono (2001) yang membandingkan pengaruh pelatihan dengan
metode diskusi kelompok dan ceramah menggunakan media audiovisual
terhadap pengetahuan dan sikap kader posyandu dalam menemukan
tersangka tuberculosis paru. Pada penelitian ini metode yang digunakan
adalah eksperimental semu dengan rancangan non equivalent control group
design with pretest post test. Penelitian ini meliputi 2 macam metode.
Metode yang digukanan yaitu diskusi kelompok menggunakan media
audiovisual (metode 1) dan ceramah menggunakan media audio visual
(metode 2). Subyek penelitian ini adalah 19 kader posyandu desa Demakan,
kecamatan Mojolaban, kabupaten Sukoharjo, yang diberi pendidikan
kesehatan dengan metode 2 dan 17 kader Posyandu desa Triyagan,
Kecamatan Mojobalan, Kabupaten Sukoharjo yang diberi pendidikan
kesehatan dengan metode 1. Hasil penelitian ini adalah pendidikan kesehatan
dengan metode 1 dan metode 2 dapat meningkatkan pengetahuan kader
Posyandu tentang penyakit TB paru dan cara penanggulangannya, tetapi skor
pada metode 2 lebih tinggi daripada metode 1.
Adapun penelitian yang dilakukan peneliti menggunakan jenis penelitian
yang sama, namun peneliti menggunakan media yang berbeda yaitu media
bantu VCD dan modul. Subyek yang digunakan merupakan perawat/bidan di
Ruang Anggrek 2 RSUP Dr. Sardjito.
2. Penelitian Rahmi Inayati (2004), membandingkan efektivitas media VCD
dalam meningkatkan pengetahuan dan sikap Infection Drug User (IDU).
Penelitian ini menggunakan metode preeksperimental dengan one group
design with pre test and post test. Subyek data menggunakan kuesioner
tertutup disusun secara berstruktur. Data tentang pengetahuan dan sikap
responden dikumpulkan pada saat pre test dan post test. analisis hasil
kelompok menggunakan SPSS dengan uji statistik rerata skor sebelum dan
setelah intervensi (p<0,05) terhadap efektivitas media VCD dibantu media
pendukung folder dalam meningkatkan pengetahuan dan sikap IDU setelah
diberikan program kesehatan tentang program harm reduction. Hasilnya
ada pengaruh bermakna secara statistik rerata score sebelum dan sesudah
intervensi, sehingga media VCD ini cukup efektif dalam meningkatkan
pengetahuan dan sikap infection drug user.
Penelitian yang dilaksanakan peneliti menggunakan jenis penelitian yang
sama untuk melihat pengaruh penggunaan media bantu VCD dan modul
terhadap tingkat pengetahuan perawat tentang asuhan keperawatan ibu
postpartum. Analisis data dilakukan dengan menggunakan presentase dan
digunakan analisis statistika uji rata-rata dua sampel dependen (berpasangan),
yaitu paired-sample t-test (analisis parametrik pada data berdistribusi normal).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
1. Pengertian pendidikan kesehatan
Pendidikan kesehatan penting untuk menunjang program kesehatan lain.
Pendidikan kesehatan sering dipandang sebelah mata karena outcome (hasilnya)
lama dirasakan. Pada jangka pendek, pendidikan kesehatan hanya menghasilkan
perubahan atau peningkatan pengetahuan masyarakat. Pendidikan kesehatan
mempengaruhi perilaku sebagai hasil jangka menengah (intermediate impact).
Baru kemudian pendidikan kesehatan baru akan berpengaruh terhadap
meningkatnya indikator kesehatan masyarakat.
Pendidikan kesehatan adalah suatu penerapan konsep pendidikan di dalam
bidang kesehatan, sedangkan konsep dasar dari pendidikan adalah suatu proses
belajar yang berarti terjadi proses pertumbuhan, perkembangan atau perubahan ke
arah lebih dewasa, lebih baik dan lebih matang pada individu, keluarga dan
masyarakat. Pendidikan ini hanya bisa ditempuh lewat jalur belajar. Proses belajar
adalah apabila di dalam dirinya terdapat perubahan, dari tidak tahu menjadi tahu,
dari tidak dapat mengerjakan sesuatu menjadi dapat mengerjakan sesuatu. Dari
ilustrasi di atas bisa disimpulkan bahwa proses belajar adalah kegiatan yang
menghasilkan perubahan pada diri individu, kelompok, atau masyarakat. Ciri
kedua dari proses belajar adalah perubahan itu didapatkan karena kemampuan
baru yang berlaku untuk waktu yang relatif lama. Ciri ketiga adalah perubahan itu
terjadi karena usaha dan disadari, bukan karena kebetulan.
Dari pengertian diatas pendidikan kesehatan adalah proses belajar pada
individu, keluarga dan masyarakat dari tidak tahu tentang nilai-nilai kesehatan
menjadi tahu, dari tidak mampu mengatasi masalah-masalah kesehatan menjadi
mampu. Pendidikan kesehatan diartikan pula sebagai usaha atau kegiatan untuk
membantu individu, kelompok atau masyarakat dalam meningkatkan perilaku
untuk mencapai kesehatan secara optimal (Notoatmojo, 1997)
Sedangkan secara spesifik, yang dimaksud dengan Pendidikan kesehatan
perawatan pada masa kehamilan menurut Bastable cit Ambarwati (2006) adalah
suatu program terencana berupa edukasi pada ibu hamil untuk memberikan
pengetahuan tentang perawatan kehamilan yang aman dan memuaskan. Trend
terbaru dalam perawatan kesehatan, menyatakan bahwa pasien dan keluarganya
harus siap memikul tanggung jawab untuk pengelolaan perawatan diri. Fokusnya
adalah hasil yang baik berupa keberhasilan pasien dan keluarga dalam
mempelajari pengetahuan dan keterampilan untuk perawatan diri.
Pendidikan kesehatan merupakan suatu bentuk tindakan mandiri keperawatan
untuk membantu klien baik individu, kelompok maupun masyarakat dalam
mengatasi masalah kesehatannya melalui kegiatan pembelajaran yang di
dalamnya perawat sebagai perawat pendidik (Suliha cit Ambarwati, 2002)
2. Peran perawat dalam pendidikan kesehatan
Berdasar perannya sebagai perawat pendidik, perawat mengalihkan
pengetahuan, keterampilan dan pembentukan sikap selama pembelajaran yang
berfokus pada pasien. Perubahan perilaku pada pasien selama proses
pembelajaran berupa perubahan pola pikir, sikap, dan keterampilan yang spesifik
(Ambarwati, 2006). Oleh karena itu peran perawat ini tidak dapat digantikan oleh
alat ataupun disiplin ilmu lainnya.
3. Tujuan pendidikan kesehatan
Tujuan pendidikan kesehatan dalam keperawatan adalah untuk meningkatkan
status kesehatan, mencegah timbulnya penyakit dan bertambahnya masalah
kesehatan, mempertahankan derajad kesehatan yang sudah ada, memaksimalkan
fungsi dan peran pasien selama sakit, serta membantu pasien dan keluarga untuk
mengatasi masalah kesehatan (Ambawati, 2006).
4. Maksud, manfaat, dan sasaran pendidikan kesehatan
Program pendidikan kesehatan dan staf yang berlaku dan terus-menerus
meningkat merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari sistem pemberian
perawatan kesehatan pada masyarakat. Pendidikan kesehatan pada pasien telah
menunjukkan potensi untuk meningkatkan kepuasan pasien, memperbaiki kualitas
kehidupan, memastikan kelangsungan perawatan, secara efektif mengurangi
insiden komplikasi penyakit, memasyarakatkan masalah kepatuhan terhadap
rencana pemberian perawatan kesehatan dan menurunkan ansietas dan
memaksimalkan kemandirian dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari
(Bastable cit Ambarwati, 2002)
5. Media pendidikan kesehatan
Menurut Notoatmojo (1997) yang dimaksud dengan media pendidikan
kesehatan pada hakikatnya adalah alat bantu pendidikan. Disebut media
pendidikan karena alat-alat tersebut merupakan saluran (channel) untuk
menyampaikan kesehatan karena alat-alat yang digunakan untuk mempermudah
penerimaan pesan-pesan kesehatan bagi masyarakat. Berdasarkan fungsinya
sebagai penyaluran pesan kesehatan, media dibagi menjadi tiga, yaitu:
a. Media cetak
Media ini sebagai alat untuk menyampaikan pesan seperti booklet, leaflet,
flyer, flip chart, rubrik, poster dan foto.
b. Media elektronik
Media elektronik sebagai sasaran untuk menyampaikan pesan-pesan atau
informasi kesehatan berupa; 1) televisi; 2) radio; 3) video; 4) slide dan ; 5) film
strip.
c. Media papan (bill board)
Media ini dipasang di tempat-tempat umum yang dapat diisi dengan pesan dan
informasi kesehatan. Media ini biasa ditempel di kendaraan umum atau tempat
strategis.
Ketiga media ini sangat bermanfaat bagi penyampaian pesan dari perawat ke
masyarakat atau sebaliknya.
6. Multimedia
Multimedia menurut Sutopo (2003) didalam bukunya yang berjudul
“Multimedia Interaktif dengan Flash” didefinisikan suatu komputer multimedia
adalah komputer yang mempunyai alat output seperti biasanya, yaitu alat display
dan hardcopy, dengan rekaman audio berkualitas tinggi, image berkualitas tinggi,
animasi, dan rekaman video.
Multimedia adalah gabungan video, text, gambar dan suara yang bersifat
interaktif yang dapat menyesuaikan dengan kemauan pemakai (Dewobroto, 2005).
Harun (2003) menulis dalam “Teknologi Multimedia dalam Pendidikan” bahwa
ada lima elemen di dalam multimedia yaitu teks, grafik, audio, video dan animasi.
Setiap elemen ini mempunyai peranan tersendiri dalam menyampaikan informasi
yang lebih menarik dan lebih berkesan. Berikut merupakan penjelasan singkat
masing-masing komponen.
a. Teks
Adalah huruf-huruf yang tersusun untuk membentuk suatu makna yang
dipahami atau membawa pengertian tertentu. Teks juga merupakan kumpulan dari
semua jenis simbol, huruf, abjad, nomor, statistik dan pelbagai jenis tulisan dan
font yang menjadi modal utama untuk menyampaikan pesan.
b. Grafik
Grafik adalah berbagai tampilan gambar atau paparan visual yang tidak
bergerak seperti gambar, lukisan, gambar foto, ilustrasi, dan sebagainya. Grafik
merupakan elemen multimedia yang sangat penting untuk memberi penekanan
dalam suatu proses penyampaian pesan. Penggunaan grafik akan lebih tepat jika
disampaikan dalam bentuk visual. Grafik juga dikatakan mampu membantu
menerangkan suatu pesan dengan lebih tepat dan berkesan. Penggunaan grafik dan
chart misalnya, mampu memaparkan peningkatan atau penurunan jumlah suatu
perhitungan dengan lebih berkesan dibandingkan dengan penggunaan teks. Grafik
juga mampu memfokuskan perhatian pengguna terhadap pesan yang ingin
disampaikan.
c. Audio
Audio atau bunyi merupakan salah satu daya tarik yang berkesan untuk
menarik perhatian seseorang. Audio di dalam suatu sistem multimedia bisa
merujuk pada pelbagai jenis seperti rekaman suara, suara latar, musik dan
sebagainya. Di dalam suatu sistem multimedia, elemen audio boleh digunakan
untuk membantu proses penyampaian pesan agar lebih mantap dan berkesan.
Selain itu, elemen audio juga mampu meningkatkan motivasi di kalangan para
pengguna agar lebih berminat mengikuti proses penyampaian pesan. Disamping
itu juga, elemen audio dikatakan dapat menimbulkan suasana yang lebih menarik.
d. Video
Video adalah elemen multimedia yang dikatakan paling dinamis dan juga
paling realistis dibadingkan elemen-elemen lain. Video juga dikatakan gabungan
berbagai media (seperti teks, grafik, audio dan sebagainya) di dalam satu medium.
Oleh karena itu, penggunaan video dalam proses penyampaian pesan diusahakan
mampu mempengaruhi motivasi seseorang terhadap proses penerimaan pesan.
Selain itu, video juga mampu menampilkan unsur realistik atau keadaan yang
sebenarnya kepada pengguna. Hal ini secara langsung akan mempengaruhi
perasaan dan emosi para penggunanya dengan lebih nyata.
e. Animasi
Animasi adalah tampilan visual yang bersifat dinamis. Animasi juga disebut
proses yang menjadikan suatu obyek agar kelihatan lebih hidup atau memberi
gambaran bergerak kepada sesuatu yang pada awalnya adalah diam. Animasi
merupakan elemen multimedia yang paling diminati dan mendapat perhatian lebih
karena mampu memperlihatkan fantasi manusia ke alam realitas. Animasi juga
memunginkan sesuatu yang agak sulit diterangkan dengan kata-kata disampaikan
dengan lebih mudah dan berkesan
Media audio visual adalah alat- alat yang “audible” artinya dapat didengar dan
alat-alat yang “visible” artinya dapat dilihat. Alat-alat audio visual gunanya untuk
membuat cara berkomunikasi menjadi lebih efektif. Salah satu sasaran media ini
adalah pengajaran atau pendidikan. Media audio visual juga diartikan sebagai
“sensory aids” artinya alat pembantu panca indera (Suleiman, 1988).
Perkembangan Teknologi Informasi dan komunikasi saat ini telah membawa
dampak yang positif terhadap pengembangan media pendidikan. Salah satu
bentuk media yang dihasilkan adalah media audio visual dalam bentuk Video
Compact Disc (VCD). VCD berisi gambar bergerak dan suara.
Seperti halnya sebuah media, media audio visual mempunyai sifat-sifat positif
maupun negative. Beberapa sifat positif audiovisual sebagai berikut: a) jangkauan
luas; b) seketika (serentak); c) menarik; d) efek dramatisasi; e) penentuan waktu
penayangan mudah; f) berupa gabungan gambar; g) suara; h) warna dan gerak.
Selain mempunyai sisi positif, media audiovisual juga memiliki beberapa
kekurangan yaitu: a)sekilas pandang dengar; b) frekuensi harus tinggi; c) mahal;
d) tidak ada segmentasi; e) harus pendek; f) membutuhkan waktu produksi lama
(Sayoga cit Matekohy, 2004)
7. Modul
Modul adalah salah satu bentuk pelajaran tertulis yang bertujuan
mempermudah proses belajar. Keunggulan menggunakan modul antara lain:
merupakan variasi dalam belajar, meningkatkan motivasi, membantu proses
belajar yang bersifat mendiri, mendorong untuk meninjau kembali apa yang telah
dibahas dalam perkuliahan (Utomo cit Triana, 2002). Pembelajaran dengan sistem
modul memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar secara mandiri
sesuai dengan percepatan belajar masing-masing. Modul sebagai alat atau sarana
pembelajaran berisi materi, metode, batasan-batasan, sistematis dan menarik
untuk mencapai kompetensi yang diharapkan. Dalam pembelajaran sistem modul
ini, maka akan diperoleh keuntungan sebagai berikut: 1) keutuhan dan ketuntasan;
2) kesinambungan proses pembelajaran; 3) efesiensi penggunaan sumber daya
pendidikan. Untuk itu perlu adanya penyusunan bahan ajar atau modul sesuai
dengan kompetensi yang diharapkan (Depdiknas, 2003).
8. Pengetahuan
Pengetahuan umumnya datang dari pengalaman. Pengetahuan dapat di dapat
dari informasi guru, orang tua, teman, buku dan surat kabar. Kita juga menelusuri
apakah pengetahuan yang kita dapat benar atau tidak. Pengetahuan dan
pengalaman membuat kita tidak mengulangi perbuatan yang salah (WHO, 1992).
Pengetahuan menurut Notoatmojo (1997) merupakan hasil “tahu” dan ini
terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap subyek tertentu.
Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni: indera penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia
diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain
yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior).
Berdasarkan pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang di dasari oleh
pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan. Penelitian Rogers cit Notoatmojo (1997), mengungkapkan bahwa
sebelum orang mengadopsi (perilaku baru), di dalam diri orang tersebut terjadi
proses yang berurutan, yakni:
a. Awareness (kesadaran), di mana orang tersebut menyadari arti
megetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).
b. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau obyek tersebut.
Disini sikap subyek sudah mulai timbul.
c. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya
stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden
sudah lebih baik.
d. Trial, dimana subyek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai
dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.
e. Adoption, dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan
pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.
Namun demikian dari penelitian Rogers menyimpulkan bahwa perubahan
perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap tersebut di atas. Apabila penerimaan
perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini, dimana didasari oleh
pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan
bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari
oleh pengetahuan dan kesadaran tidak akan berlangsung lama.
Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif menurut Bloom
mempunyai 6 tingkatan, yaitu:
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari
atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, “tahu” ini adalah merupakan
tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang
tahu tentang apa yang dipelajari antara lain: menyebutkan, menguraikan,
mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.
b. Memahami (comperhension)
Memahami diartikan sebagai kemampuan menjelaskan secara benar tentang
obyek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar.
Orang yang telah paham terhadap obyek atau materi harus dapat menjelaskan,
menyebutkan contoh, mneyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap
obyek yang dipelajari.
c. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi disini dapat
diartikan aplikasi, atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan
sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
d. Analisis
Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek ke
dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi
tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat
dilihat dari penggunaan kata kerja dapat menggambarkan (membuat bagan),
membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.
e. Sintesis
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menysun formulasi baru dari
formulasi-formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan,
dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori
atau rumusan-rumusan yang telah ada.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap materi atau obyek. Penilaian-penilaian ini berdasarkan suatu
kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang telah ada
9. Faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang yaitu:
a. Metode
Ada dua metode belajar yang dikenal yaitu metode kuliah dan metode
penemuan. Metode kuliah paling cocok digunakan untuk menyampaikan
informasi kepada pembelajar. Sedangkan metode penemuan dianjurkan karena
hasil pelajaran yang didapat lebih permanen karena dicari sendiri dengan susah
payah. Metode ini banyak digunakan untuk mencapai taraf kefahaman akan tetapi
metode ini tidak semudah yang disangka.
Metode mengajar bergantung pada tujuan dan bahan yang harus disampaikan.
Macam-macam metode itu bisa digunakan bersama-sama untuk menyampaikan
bahan pelajaran tertentu (Nasution, 1999).
b. Manusia/Orang
Manusia/orang merupakan masukan/ input di dalam sistem belajar. Kualitas
masukan ini akam mempengaruhi kualitas hasil belajar. Pada kenyataannya setiap
orang memiliki kemampuan dan pengetahuan dasar yang berbeda-beda sehingga
hasil yang dicapai juga berbeda-beda (Suparno, 2001)
c. Bahan/ Media
Bahan atau material yang ada dalam jumlah dan kualitas yang cukup memberi
kesempatan pembelajar untuk meningkatkan pemahaman dengan cukup baik.
Selain itu bahan yang relevan dengan program yang ditawarkan harus
memperhatikan minat yang beragam, dan bahan utama tersebut tidak boleh
dinomorduakan (Suparno, 2001). Oleh karena itu pemilihan bahan ini harus
disesuaikan dengan subyek ataupun minat pembelajarnya.
d. Perlengkapan
Dalam menyampaikan pelajaran bermacam-macam alat dan perlengkapan
telah diciptakan agar mempermudah pembelajar untuk memahaminya.
Perkembangan alat belajar dimulai sejak zaman purbakala seperti menulis di gua,
dilanjutkan kemajuan lewat cetak buku, sampai pada abad ke 19 terdapat
kemajuan teknologi yang turut mempengaruhi pendidikan dengan menghasilkan
alat pendidikan, seperti fotografi, radio, televisi, komputer dan sebagainya
(Nasution, 1999).
e. Lingkungan Belajar
Lingkungan fisik mempengaruhi kualitas belajar seseorang. Rumah, sekolah
atau ruangan yang bising dan tidak begitu nyaman, pengap, berdesak-desakan dan
tidak cukup cahaya, menyebabkan orang mudah leleh dan sukar berkonsentrasi
(Suparno, 2001). Jadi lingkungan ini juga harus diprioritaskan karena dapat
mempengaruhi pencapaian hasil belajar.
10. Asuhan keperawatan
Keperawatan menurut lokakarya nasional keperawatan tahun 1983 adalah
suatu bentuk pelayanan professional yang merupakan bagian integral dari
pelayanan kesehatan berdasar ilmu dan kiat keperawatan berbetuk pelayanan biopsiko-
sosio dan spiritual yang komperhensif, ditujukan kepada individu, keluarga
dan masyarakat baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh proses
kehidupan manusia. Keperawatan sendiri memiliki tahapan yang disebut proses
keperawatan. Proses keperawatan adalah suatu sistem dalam merencanakan
pelayanan asuhan keperawatan yang meliputi 5 tahapan, yaitu pengkajian,
diagnosis, perencanaan, pelaksanaan/implementasi dan evaluasi. Hasil akhir dari
proses ini adalah menuliskan rencana keperawatan. Proses keperawatan
merupakan suatu proses pemecahan masalah yang sistimatik dalam memberikan
pelayanan keperawatan. Rencana keperawatan merupakan pedoman dalam
memberikan pelayanan keperawatan. Proses keperawatan ini penting dilakukan
karena dapat membantu meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan (Lismidar,
1990).
Proses keperawatan dapat pula diartikan sebagai cara yang sistematis yang
dilakukan oleh perawat bersama klien dalam menentukan kebutuhan asuhan
keperawatan dengan melakukan pengkajian, menetukan diagnosis, merencanakan
tindakan yang akan dilakukan, melaksanakan tindakan serta mengevaluasi hasil
asuhan yang telah diberikan dengan berfokus pada klien, berorientasi pada tujuan
pada setiap tahap saling terjadi ketergantungan dan saling berhubungan (Hidayat,
2004).
Proses keperawatan sebagai alat bagi perawat untuk melaksanakan asuhan
keperawatan memiliki arti penting bagi perawat dan klien. Sebagai seorang
perawat, proses keperawatan dapat digunakan sebagai pedoman dalam pemecahan
masalah klien, dapat pula menunjukkan professionalisme. Klien juga akan
mendapat manfaat yang besar dengan adanya proses keperawatan ini dimana
pasien akan merasakan kepuasan dari pelayanan keperawatan karena asuhan
keperawatan diberikan sesuai tahapan dalam pemecahan masalah keperawatan.
Pelaksanaan proses keperawatan ini bertujuan untuk menghasilkan asuhan
keperawatan yang berkualitas, sehingga berbagai masalah kebutuhan klien dapat
teratasi. Dengan memahami proses keperawatan ini perawat diharapkan mampu
melakukan asuhan keperawatan yang menyeluruh (holistik), sehingga dapat
meningkatkan pelayanan keperawatan pada pasien di rumah sakit.
11. Tujuan asuhan keperawatan pada ibu postpartum
Menurut Bobak et.al. (2004) tujuan asuhan keperawatan pada ibu postpartum
meliputi:
a. Pengkajian lengkap terhadap perubahan fisik
dan psikososial ibu.
b. Mendeteksi tanda dan gejala komplikasi fisik
dan psikososial selama masa postpartum.
c. Memberikan diagnosis keperawatan untuk
fisik dan psikososial.
d. Merumuskan intervensi keperawatan untuk
mencegah infeksi dan perdarahan.
e. Merumuskan intervensi keperawatan untuk
mendukung pola perkemihan dan defekasi
yang tepat, perawatan payudara, dan
kesehatan ibu dan anak.
f. Merumuskan intervensi keperawatan untuk
mendukung kemampuan mengasuh bayi.
g. Menjelaskan berbagai macam cara keluarga
berencana.
h. Mendiskusikan tanggung jawab perawat pada
masa postpartum dalam memberikan
pendidikan kesehatan sebagai persiapan
perawatan di rumah.
Tujuan dari pelayanan keperawatan pada awal masa postpartum adalah
membantu ibu selama masa transisi dalam mengasuh. Biasanya ibu menjalani
rawat inap selama 1 sampai 2 hari setelah melahirkan. Karena banyak informasi
yang yang harus dibagikan dengan ibu dalam jangka waktu yang singkat, penting
bagi ibu untuk mengatur waktu yang tersedia. Perawat menyediakan perawatan
yang berfokus pada kesehatan fisik dan psikologi serta kemampuan ibu dan bayi.
Untuk menyediakan kualitas keperawtan yang baik, perawat harus memiliki
pengetahuan tentang perubahan fisik yang terjadi pada ibu, psikososial dan
perubahan emosi pada keluarga (Bobak et. al , 2004).
12. Postpartum
Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan
selesai sampai dengan alat-alat kandungan kembali seperti prahamil. Lama masa
nifas ini yaitu berkisar 6-8 minggu (Mochtar, 1998). Periode postpartum
merupakan masa untuk beradaptasi dengan perubahan fisik dan psikologis serta
salah satu masa untuk mengadopsi peran ibu (Bobak, et. al, 2004). Masa nifas
(puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung
selama kira-kira 6 minggu (Saifuddin, 2002).
Nifas ada tiga periode yaitu:
a. Puerperium dini adalah kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan
berjalan-jalan. Dalam agama Islam dianggap telah bersih dan boleh bekerja
setelah 40 hari.
b. Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genitalia yang
lamanya 6-8 minggu.
c. Remote puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan/tahunan.
Menurut Hanafiah (2004) pada saat masa setelah melahirkan, ibu sering
mengalami gangguan fisik maupun psikologis, sehingga dibutuhkan asuhan
keperawatan pada ibu postpartum untuk mengatasi permasalahan pada berbagai
aspek antara lain:
a Perubahan fisik pada kehamilan
1)Afterpain
Afterpain adalah rasa sakit yang mencengkam (kram) pada abdomen
bagian bawah, yang sering dijumpai pada hari ke-7 hingga ke-10 postpartum.
2)Perineum
Jaringan lunak jalan lahir dan struktur di sekitarnya akan mengalami
kerusakan pada setiap persalinan. Kerusakan biasanya lebih nyata pada wanita
nulipara karena jaringan nulipara lebih padat dan lebih resisten daripada
wanita multipara. Laserasi perineum biasanya terjadi sewaktu kepala bayi
dilahirkan. Terjadi perubahan pada perineum jika ibu mengalami episiotomi.
Perineum harus bersih, tidak berwarna, tidak ada edema dan jahitan harus
utuh.
3)Sistem perkemihan
Buang air kecil harus secepatnya dilakukan sendiri. Kadang-kadang wanita
sulit kencing karena pada persalinan m.sphicter vesica et urethare mengalami
tekanan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi musc. sphincter ani. Juga
oleh karena adanya oedem kandungan kemih yang terjadi selama persalinan.
Bila kandung kemih penuh dengan wanita sulit kencing sebaiknya lakukan
kateterisasi, sebab hal ini dapat mengundang terjadinya infeksi.
4)Eliminasi fecal
Buang air besar secara spontan bisa tertunda selama 2-3 hari setelah ibu
melahirkan. Keadaan ini bisa disebabkan karena tonus otot usus menurun
selama proses persalinan dan awal masa postpartum, enema sebelum
melahirkan, kurang makan, atau dehidrasi. Ibu sering merasakan nyeri saat
defekasi karena nyeri yang dirasakan di daerah perineum akibat laserasi atau
hemoroid. Bila ada obstipasi dan timbul berak yang keras, dapat kita lakukan
pemberian obat pencahar (laxantia) peroral atau parenteral, atau dilakukan
klisma bila masih belum berakhir. Karena jika tidak, feses dapat tertimbun di
rektum, dan menimbulkan demam.
5)Hemoroid
Hemoroid adalah pelebaran dan inflamasi (peradangan) pembuluh vena
(pembuluh darah balik) di daerah anus atau pembengkakan vena
hemoroidalis. Bila pelebaran venanya di bawah kulit (subkutan) disebut
hemoroid eksterna dan bila di bawah mukosa (selaput lendir) disebut
hemoroid interna.
Pada ibu postpartum lakukan pemeriksaan setiap 15 menit dalam mengkaji
jumlah perdarahan. Alirannya harus sedang. Bila darah mengalir cepat, perlu
dicurigai adanya robekan servik
6)Kelelahan
Umumnya wanita sangat lelah setelah melahirkan, lebih-lebih bila
persalinan berlangsung lama, karena si ibu harus cukup beristirahat, dimana ia
harus tidur terlentang selama 8 jam untuk mencegah perdarahan postpartum.
Kemudian ia boleh miring ke kiri dan ke kanan untuk mencegah terjadinya
trombosis dan tromboemboli. Pada hari kedua telah dapat duduk, hari ketiga
telah dapat jalan-jalan dan hari keempat atau kelima boleh pulang. Mobilisasi
ini tidak mutlak, bervariasi tergantung pada adanya komplikasi persalinan,
nifas, dan sembuhnya luka.
Kelelahan dan waktu tidur yang kurang memperlihatkan tantangan yang
besar bagi pemulihan fisik dan mental ibu. Kebutuhan ibu untuk tidur dan
istirahat harus didahulukan dari kegiatan lain yang tidak penting. Beristirahat
akan memberikan energi untuk memenuhi kebutuhan bayi yang sering tidak
bisa diprediksi dalam memberikan ASI dan merawatnya sepanjang siang dan
malam.
7)Nyeri punggung
Seorang ibu setelah melahirkan pasti memiliki berbagai macam keluhan
terkait dengan perubahan yang terjadi pada dirinya. Salah satunya adalah nyeri
punggung. Nyeri ini dapat berupa nyeri ringan sampai nyeri berat. Tentu saja
jika hal ini dibiarkan dapat mengganggu produktivitas kerja ibu.
8)Pengetahuan
Ibu baru melahirkan memiliki berbagai permasalahan seputar pengetahuan
yang belum dimengerti. Masalah pengetahuan yang bisa muncul diantaranya:
a) perawatan bayi; b) perawatan perineum; c) cara menyusui yang benar; d)
kontrasepsi; e) koitus setelah melahirkan; f)payudara.
Payudara wanita adalah suatu kelenjar eksokrin yang berukuran besar,
lebih sering berada dalam keadaan tidak aktif sepanjang kehidupan wanita.
Payudara disusun oleh 18 segmen yang berisi lemak yang berisi lemak dan
jaringan penyambung dan sangat banyak mengadung pembuluh darah,
pembuluh limfe, dan syaraf. Ukuran payudara berkaitan dengan jumlah lemak
yang terdapat didalamnya dan tidak ada kaitannya dengan kapasitas
fungsional. Gambaran utama pertumbuhan mamae pada masa hamil ialah
peningkatan alveoli dan duktus. Pada akhir kehamilan terjadi perkembangan
maksimum sistem loburoalvorral dan diduga merupakan seneitiasasi jaringan
kelenjar akibat prolaktin. Kolostrum terdapat dalam payudara sejak bulan
pertama kehamilan.
9)Menyusui
Menyusui adalah pengalaman baru bagi seorang Ibu. stimulasi dari bayi
merangsang hormonal Ibu sehingga menimbulkan perasaan nyaman. Bayi juga
mampu menyesuaikan kebutuhan minumnya dengan persediaan ASI Ibu.
semakin sering menyusui, maka produksi ASI makin banyak pula. Menyusui
kadang juga menimbulkan permasalahan terutama bagi ibu primipara. Oleh
karena itu pengetahuan tentang posisi dan cara menyusui harus diketahui
seorang Ibu.
10) Masalah involusi uterus
Kontraksi uterus meningkat setelah bayi keluar. Hal ini menyebabkan
iskemia pada lokasi perlekatan plasenta (placental site) sehingga jaringan
perlekatan antara plasenta dan dinding uterus nekrosis dan lepas. Ukuran
uterus mengecil kembali (setelah 2 hari pascapersalinan, setinggi sekitar
umbilikus, setelah 2 minggu masuk panggul, setelah 4 minggu kembali pada
ukuran sebelum hamil). Jika sampai 2 minggu postpartum uterus belum masuk
panggul, curiga ada subinvolusi. Subinvolusi dapat disebabkan oleh infeksi
atau perdarahan lanjut (late postpartum haemorrhage). Jika terjadi subinvolusi
dengan kecurigaan infeksi, diberikan antibiotika. Untuk memperbaiki
kontraksi uterus dapat diberikan unterotonika (ergometrin maleat), namun
ergometrin mempunyai efek samping menghambat produksi laktasi karena
menghambat produksi prolaktin.
11) Masalah lokhea
Lokhea adalah cairan mengandung sisa jaringan uterus / bagian nekrotik
yang keluar. Normal berturut-turut selama masa nifas keluar lockhea warna
merah (masih bercampur darah), kemudian kuning, kemudian putih. Lokhea
normal tidak berbau. Jika berbau dicurigai ada infeksi.
b Perubahan psikologis
Seorang ibu yang baru melahirkan berisiko mengalami postpartum blues,
akibat emosi negatif yang mungkin warisan kebudayaan atau kepribadian. Emosi
yang demikian ini menandakan gejala mal adaptasi.
Melahirkan bayi dapat menjadi sebuah pengalaman yang menyenangkan dan
menegangkan, tetapi pada proses melahirkan beberapa wanita mungkin
mengalami gangguan postpartum yang dapat sangat mempengaruhi status mental
ibu. Pengalaman yang dialami ibu seperti baby blues yaitu kemurungan yang
melayang dikarenakan fluktuasi hormone yang tinggi yang terjadi selama dan
segera setelah melahirkan. Mereka juga mengalami pengalaman yang lebih serius
pada status kesehatan mental seperti depresi postpartum gangguan berat setelah
stress namun jarang terjadi disebut psikosis postpartum.
B. Landasan Teori
Berdasarkan uraian yang telah diuraikan pada tinjauan pustaka, maka dapat
dirangkum bahwa perubahan perilaku dalam pemberian pendidikan kesehatan
dipengaruhi oleh berbagai hal, diantaranya adalah pikiran dan perasaan,
pengetahuan, kepercayaan, sikap dan nilai. Program pendidikan kesehatan
mempunyai tujuan adanya perubahan perilaku pada akhir program pelatihan.
Sebuah program pelatihan memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada
orang untuk mengetahui dan berlatih ilmu baru (WHO, 1992). Proses belajar
Eksternal
Proses belajar
Pengetahuan Sikap Perilaku
InterFnaakltor yang mempengaruhi pengetahuan:
manusia/ orang
metode
bahan/ media
perlengkapan
lingkungan belajar
bantu VCD Tdianng kmaot dpueln tgeenttaahnuga ans upheraanw kaetp/ ebridawana ttaenn tpaandga a isbuuh paons ktpeapretruamwatan pada ibu postpartum
dipengaruhi pula oleh faktor yang berasal dari pembelajar sendiri (internal) dan
faktor yang berasal dari luar pembelajar (eksternal) (Suparno, 2001). Salah satu
cara yang digunakan pada aktivitas belajar ini adalah pelatihan dengan
menggunakan media bantu VCD dan modul tentang asuhan keperawatan pada ibu
postpartum.
C. Kerangka Teori
Gambar 1. Proses Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
(Nasution, 1999; Suparno, 2001; WHO, 2001)
D. Kerangka Konsep Penelitian
Variabel independen Variabel dependen
Gambar 2. Kerangka Konsep Penelitian
E. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini adalah: ada pengaruh media bantu VCD dan
modul terhadap tingkat pengetahuan perawat tentang asuhan keperawatan pada
ibu postpartum di Bangsal Anggrek 2 RSUP Dr. Sardjito.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah pre eksperimental dengan desain one group pre
test and post test design. Di dalam desain ini observasi dilakukan sebanyak dua
kali yaitu sebelum dan sesudah eksperimen. Observasi yang dilakukan sebelum
eksperimen (O1) disebut pre test, dan observasi setelah eksperimen (O2) disebut
post test dengan menekankan pada pengetahuan perawat/ bidan dalam melakukan
asuhan keperawatan pada ibu postpartum.
Model rancangannya adalah sebagai berikut:
O1 X O2
Keterangan :
O1 : pre test untuk mengetahui pengetahuan perawat/bidan tentang asuhan
keperawatan pada ibu postpartum.
X : pelatihan asuhan keperawatan ibu postpartum dengan menggunakan media
bantu belajar VCD dan modul.
O2 : post test untuk mengetahui pengetahuan perawat/ bidan tentang asuhan
keperawatan pada ibu postpartum.
Desain ini memiliki keterbatasan karena masih ada variable luar yang
berpengaruh terhadap terbentuknya variable dependen. Jadi hasil eksperimen yang
merupakan variabel dependen itu bukan semata-mata dipengaruhi oleh variable
independen. Hal ini terjadi karena tidak adanya variabel kontrol, dan sampel tidak
dipilih secara random (Sugiyono, 2006).
Namun demikian, model rancangan ini lebih akurat daripada desain one shot
case study yang mengobservasi hasilnya saja. Pada model rancangan one group
pre test and post test design, perlakuan dapat diketahui lebih akurat karena dapat
membandingkan dengan keadaan sebelum perlakuan.
B. Subjek Penelitian
Populasi pada penelitian ini adalah semua perawat/bidan di bangsal Anggrek
2 RSUP Dr. Sardjito. Sampel dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan
metode total sampling. Sehingga dari keseluruhan perawat/bidan bangsal Anggrek
2 yang melakukan asuhan keperawatan pada ibu postpartum dengan perincian 4
orang perawat dan 13 bidan, semua diambil sebagai sampel. Adapun kriteria
inklusi sampel penelitian ini adalah semua perawat dan bidan di bangsal Anggrek
2 dan bersedia menjadi subyek penelitian. Kemudian kriteria eksklusinya adalah
sedang cuti praktik atau tidak ada di tempat pada waktu pelaksanaan penelitian.
Selama dilakukan penelitian, jumlah perawat dan bidan di Ruang Anggrek 2
RSUP Dr. Sardjito adalah 17 orang, tetapi hanya 11 orang yang memenuhi kriteria
untuk dijadikan responden, sedangkan 2 orang tidak diikutsertakan dalam
penelitian karena terlambat pada waktu pelaksanaan penelitian dan 4 orang tidak
hadir dikarenakan bertugas pada shift sore dan malam.
C. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Ruang Anggrek 2 RS Dr. Sardjito. Penelitian
dilaksanakan mulai Agustus sampai dengan November 2007.
D. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ada 2 variabel, yaitu :
1. Variabel independen atau variable bebas: pelatihan asuhan keperawatan ibu
postpartum dengan menggunakan media bantu VCD dan modul.
2. Variabel dependen atau variable terikat: skor pengetahuan perawat/bidan
tentang asuhan keperawatan pada ibu postpartum.
E. Definisi Operasional
1. Media bantu VCD dan modul adalah program pelatihan yang berisi modulmodul
pembelajaran tentang perawatan ibu postpartum berikut gambar
pendukung dan video simulasi. Modul-modul pembelajaran disusun
berdasarkan berdasarkan 12 aspek utama meliputi masalah afterpain, masalah
perkemihan, masalah eliminasi fecal, hemoroid, kelelahan, nyeri punggung,
masalah perineum, masalah menyusui, masalah psikologi, masalah lokhea,
masalah involusi uterus dan masalah pengetahuan yang akan dibahas dan
dikemas sebagai VCD. Durasi penayangan VCD kurang lebih 60 menit.
2. Nilai pengetahuan dalam memberikan asuhan keperawatan pada ibu
postpartum adalah angka yang didapatkan dari sejumlah pertanyaan tentang
materi asuhan keperawatan pada ibu postpartum. Nilai pengetahuan diukur
dengan kuesioner yang disusun oleh peneliti sendiri. Nilai tersebut didapatkan
dari penjumlahan jawaban yang benar. Hasil pengukuran ini berskala interval.
3. Postpartum (masa nifas) adalah masa pulih kembali mulai dari partus selesai
sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil lamanya 6-8 minggu.
4. Asuhan keperawatan pada ibu postpartum adalah suatu bentuk pelayanan
professional dari pelayanan kesehatan yang tersedia setelah ibu melahirkan
sampai 6-8 minggu secara berkelanjutan selama masa perawatan pasien.
F. Instrumen Penelitian
Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner tertutup,
disusun terstruktur berisi pertanyaan tentang asuhan keperawatan pada ibu
postpartum untuk dijawab responden. Butir pertanyaan diambil dari 10 aspek yang
muncul pada ibu postpartum yaitu meliputi cara mengatasi afterpain, masalah
perkemihan, masalah eliminasi fecal, hemoroid, kelelahan, nyeri punggung,
masalah perineum, masalah menyusui, masalah psikologi dan masalah
pengetahuan.
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan perawat/bidan sebelum dan setelah
diberi pelatihan, peneliti menggunakan kategori yang berpedoman pada Arikunto
(2002). Yaitu rentang nilainya :
1. 76 % - 100%, Kategori baik sekali
2. 56 % - 75,99 %, Kategori baik
3. 40 % - 55,99 %, Kategori sedang
4. < 40 %, Kategori buruk
Instrumen terdiri dari pertanyaan-pertanyaan dengan nilai 0 dan 1. Nilai 0
berarti jawaban “salah”, nilai 1 berarti jawaban “benar” untuk pertanyaan
favourable sedangkan untuk pertanyaan unfavourable nilai dibalik yaitu nilai 0
jika jawaban “benar” dan nilai 1 jika jawaban “salah”.
Tabel 1. Kisi-kisi Pertanyaan Pengetahuan tentang
Asuhan Keperawatan Ibu Postpartum
Topik Nomor butir pengetahuan Jumlah
Favorable Unfavorable
Masalah menyusui 8 2 10
Masalah nyeri punggung 3 2 5
Masalah afterpain 2 2 4
Masalah perineum 8 3 11
Masalah perkemihan 4 1 5
Masalah eliminasi fekal 4 2 6
Masalah hemoroid 5 1 6
Masalah kelelahan 4 1 5
Masalah psikologis 3 2 5
Masalah pengetahuan perawatan
di rumah 7 1 8
Jumlah 48 17 65
G. Uji Validitas
Untuk menguji validitas instrumen dalam penelitian ini, digunakan validitas
isi (content validity). Uji validitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah butirú
úû
ù
ê êë
é
- ú
û
ù
êë
é
-
= å
2
2
1
( 1) s
s b
k
rll k
butir instrumen dapat menggambarkan indikator dan perubahan yang dimaksud.
Uji validitas isi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan jalan expert
judgement yaitu dikonsultasikan dengan 2 orang ahli dalam bidang keperawatan
maternitas masing-masing telah berkerja selama 6,5 tahun dan 10 tahun. Ahli
pertama adalah lulusan S2 Kesehatan Ibu dan Anak dan Kesehatan Reproduksi
Ilmu Kesehatan Masyarakat UGM, dan ahli kedua menyelesaikan studi S2 di
Magister Manajemen Rumah Sakit Ilmu Kesehatan Masyarakat UGM. Dengan
demikian sudah tidak diperlukan lagi rumus untuk menginterpretasikan validitas
isi tersebut.
Setelah dilakukan uji validitas, dari 87 pernyataan, terdapat 22 item yang tidak
valid. Hal ini dikarenakan setelah diadakan konsultasi, terdapat beberapa
pertanyaan yang tidak relevan karena diluar topik pembahasan dalam VCD dan
modul sehingga langsung dikeluarkan.
H. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas instrumen digunakan rumus Alpha. Untuk tes ini berbentuk
uraian atau angket dengan skala bertingkat, maka tes tersebut diuji dengan tes
Alpha (Arikunto, 2002). Adapun rumus Alpha yang dimaksud adalah sebagai
berikut:
Keterangan :
rll = Reliabilitas instrument
k = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
åsb
2 = jumlah varians butir
sl
2 = Varians total
Angka koefisien reliabilitas berada dalam rentang dari 0 sampai 1,00. Semakin
tinggi koefisien korelasi mendekati angka 1,00 berarti semakin tinggi reliabilitas.
Instrumen dikatakan reliabel, jika nilai koefisien reliabilitas Alfa > 0,600
(Arikunto, 2002). Setelah dilakukan penghitungan skor didapatkan koefisien
reliabilitas Alfa untuk kuesioner tingkat pengetahuan perawat/bidan tentang
asuhan keperawatan pada ibu postpartum sebesar 0,370. Dengan hasil seperti itu
dapat dikatakan bahwa kuesioner tidak reliabel hal ini dikarenakan jumlah
responden sangat terbatas (10 orang saja).
I. Jalannya Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan secara bertahap sebagai berikut:
1. Tahap persiapan
Pada tahap persiapan yang dilakukan yaitu: menetapkan tema dan judul
penelitian, melakukan konsultasi dengan pembimbing guna pembuatan rencana
proposal penelitian, melakukan studi pendahuluan kepada perawat pada bangsal
Anggrek 2 RSUP Dr. Sardjito, membuat proposal penelitian, membuat kuesioner
sebagai cara pengumpulan data, mengikuti ujian proposal, membuat surat izin
penelitian dari Prodi Ilmu Keperawatan UGM, kemudian ditujukan ke RSUP Dr.
Sardjito dengan menyebutkan tujuan penelitian dan rencana pelaksanaan.
Pembuatan instrumen penelitian berupa VCD dan modul juga dimulai pada
tahap ini. Pembuatan desain awal, pengambilan gambar, pengeditan gambar dan
suara dilakukan selama 3 bulan. Tahap pertama dari pembuatan VCD ini
dilakukan dengan bantuan dua orang model sebagai probandus dan tiga orang
perawat sebagai penyaji. tahapan pelatihan tersebut direkam dengan menggunakan
handycam. Selanjutnya hasil rekaman ditransfer ke VCD dengan menggunakan
perangkat komputer. Pada tahapan editting gambar dan suara, peneliti
menggunakan program komputer kemudian gambar diconvert dalam bentuk
MPEG.
2. Tahap uji coba
Uji coba kuesioner dilakukan pada Agustus 2007 yang dilakukan sendiri oleh
peneliti. Adapun uji validitas dilakukan dengan konsultasi dengan 2 orang perawat
ahli maternitas yang masing-masing telah berkerja selama 6,5 tahun dan 10 tahun.
Ahli pertama adalah lulusan S2 Kesehatan Ibu dan Anak dan Kesehatan
Reproduksi Ilmu Kesehatan Masyarakat UGM, dan ahli kedua menyelesaikan
studi S2 di Magister Manajemen Rumah Sakit Ilmu Kesehatan Masyarakat UGM.
Uji reliabilitas dihitung dengan tes Alpha. Pengujian reliabilitas dilakukan di RS.
Dr Soeradji, Tirtonegoro, Klaten.
3. Tahap pelaksanaan
Pelaksanaan pengambilan data dilakukan pada 22 dan 24 November 2007.
Pengambilan data dilaksanakan dua tahap. Pre test dilakukan sebelum pemutaran
VCD dan modul. Tahap selanjutnya peneliti memberi pembukaan sedikit untuk
memfokuskan perhatian, kemudian dilanjutkan pembagian modul. Tahap
berikutnya adalah memutar VCD kemudian dilanjutkan diskusi yang dipandu oleh
1 orang perawat maternitas lulusan S2 Kesehatan Ibu dan Anak dan Kesehatan
Reproduksi Ilmu Kesehatan Masyarakat UGM. Selanjutnya peneliti memberikan
(kuesioner) post test untuk mengukur tingkat pengetahuan setelah dilakukan
pelatihan. Kuesioner merupakan daftar pertanyaan yang sudah tersusun dengan
baik, sudah matang, dimana responden memberikan jawaban atau dengan
memberikan tanda-tanda tertentu. Kuesioner (formulir) diberikan pada responden
untuk diisi dan peneliti mendampingi responden dalam mengisi kuesioner.
Kuesioner ini tidak ditinggal pada responden sehingga tidak terdapat risiko tidak
kembalinya kuesioner kepada peneliti.
Tabel 2. Kegiatan Pelatihan Asuhan Keperawatan pada Ibu Postpartum
Kegiatan Metode Media Waktu
Pembukaan Ceramah 5 menit
Pretest 15 menit
Menggali
pengetahuan
perawat/ bidan
tentang asuhan
keperawatan pada
ibu postpartum
Ceramah dan
diskusi
Modul 15 menit
Pemutaran VCD
asuhan
keperawatan pada
ibu postpartum
Tim menayangkan
VCD yang berisi
peragaan
keterampilan
perawatan pada ibu
postpartum
LCD, viewer 60 menit
Evaluasi
pengetahuan
Tanya jawab 10 menit
Posttest 15 menit
Jumlah 120 menit
4. Penyusunan Laporan
Setelah data terkumpul kemudian dianalisis, dibahas, ditarik kesimpulan dan
akhirnya disusun menjadi sebuah laporan penelitian.
5. Penyajian data
Data disajikan dalam bentuk tabel dan uraian.
J. Analisis Data
Analisa data dilakukan setelah data hasil observasi terkumpul. Adapun
langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
1. Persiapan. Pada tahap ini yang dilakukan adalah melakukan pengecekan
kembali kelengkapan kuesioner yang dibagikan.
2. Tabulasi data. Pada tahap ini yang dilakukan adalah mentabulasi data
dengan cara :
a. Instrumen terdiri dari pertanyaan-pertanyaan dengan nilai 0 dan 1. Nilai 0
berarti jawaban “salah”, nilai 1 berarti jawaban “benar” untuk pertanyaan
favorable sedangkan untuk pertanyaan unfavorable nilai dibalik yaitu nilai
0 jika jawaban “benar” dan nilai 1 jika jawaban “salah”.
b. Menghitung persentase setiap subvariabel dari masing-masing responden
dengan rumus :
100%
Total nilai aspek yang dinilai
Persentase = Nilai yang didapat ´
c. Setelah pengisian kuesioner tingkat pengetahuan perawat/bidan tentang
asuhan keperawatan pada ibu postpartum selanjutnya dilakukan cross
check untuk mengetahui pendapat responden tentang kualitas pelatihan
dengan melakukan wawancara. Analisis data dari hasil wawancara
dilakukan dalam beberapa tahap yaitu: mula-mula data dari hasil
wawancara yang terkumpul ditulis dalam bentuk catatan lapangan dan
disalin dalam bentuk ketikan. Hasil data dipaparkan secara deskriptif yaitu
data dalam bentuk kuotasi (kutipan responden dalam bentuk aslinya)
dituliskan sebagai bagian dari kalimat atau terpisah dalam paragraf
tersendiri jika cukup panjang. Selanjutnya data dibahas dengan
menghubungkan atau membandingkan dengan beberapa teori dan ditarik
kesimpulan (Sugiyono, 2006).
Untuk mengetahui pengaruh penggunaan media bantu (VCD dan modul)
terhadap tingkat pengetahuan perawat mengenai asuhan keperawatan pada
ibu postpartum digunakan analisis statistika uji rata-rata dua sampel
dependen (berpasangan), yaitu paired-sample t-test (analisis parametrik
pada data berdistribusi normal)
3. Membuat kesimpulan dari pelatihan asuhan keperawan pada ibu
postpartum dianalisis dengan menggunakan analisa deskriptif kuantitatif.
K. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan antara lain:
1. Tidak terdapat kelompok kontrol sehingga hasil setelah penelitian bukan
semata-mata dipengaruhi oleh pelatihan asuhan keperawatan pada ibu
postpartum dengan menggunakan media bantu VCD dan modul.
2. Jumlah sampel kurang representatif karena <30 orang, sehingga peneliti
menggunakan total sampling sebagai metode pengambilan sampel.
3. Uji reliabilitas instrumen sebesar 0,370 (< 0,6) sehingga dikatakan, kuesioner
tidak reliabel.
L. Hambatan Penelitian
Penelitian ini memiliki hambatan antara lain:
1. Perijinan lama sehingga pengambilan data sedikit
mundur dari jadwal penelitian, akan tetapi waktu
luang yang ada digunakan untuk membuat modul
dan VCD.
2. Pada saat hari H pelaksanaan pelatihan, sebagian
perawat sedang melayat sehingga waktu pelatihan
mundur dan ada 1 orang yang tidak mengikuti
pretest, hambatan ini diatasi dengan mengakhirkan
jadwal pelatihan.
3. Ruangan tempat diadakannya pelatihan kurang
memenuhi standard karena tidak terdapat perangkat
multimedia. Pada hari H, peneliti meminjam LCD,
Laptop, Speaker dan membawa peralatan lain yang
dibutuhkan.
4. Pelatihan hanya diberikan satu kali pertemuan saja,
sehingga kurang optimal.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Dalam memenuhi kebutuhan pelayanan keperawatan yang optimal RSUP Dr.
Sardjito khususnya bangsal Anggrek 2, mengalami kesulitan dalam memberikan
intervensi keperawatan pada ibu postpartum karena selama ini tidak ada standard
yang pasti (sesuai dengan penelitian terbaru) tentang pelayanan pada ibu
postpartum. Untuk meningkatkan pelayanan dan pengetahuan tentang asuhan
keperawatan ibu postpartum maka peneliti mengadakan training/ pelatihan yang
menggunakan media bantu VCD dan Modul sehingga dapat memberikan
pengetahuan kepada perawat/ bidan di RSUP Dr. Sardjito. Lokasi penelitian ini
bertempat di Bangsal Anggrek II RSUP Dr. Sardjito. Bangsal ini memiliki
kapasitas daya tampung 21 orang. Fasilitas yag terdapat di dalamnya terdiri dari
12 kamar. Jumlah perawat/ bidan sampai pada Januari 2008 adalah 17 perawat/
bidan.
B. Karakteristik Responden
Jumlah responden pada penelitian ini sebanyak 11 orang perawat dengan
karakteristik yang dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3. Karakteristik Responden Berdasarkan Lama kerja dan Pendidikan, Usia
dan Keikutsertaan Pelatihan pada Perawat Bangsal Anggrek 2 RSUP
DR. Sardjito Yogyakarta Bulan November 2007
Sumber : Data primer yang diolah
Berdasarkan Tabel 3, responden terbanyak berusia ≥ 40 tahun (54,55%),
sedangkan paling sedikit berusia 30-40 tahun (18,18%). Tingkat pendidikan
terbanyak adalah Diploma 3 Keperawatan/ Kebidanan yaitu 10 orang (90,90%)
No Karakteristik Frekuensi (F) Persentase (%)
1
2
3
4
Lama kerja
1 – 5 tahun
6 – 10 tahun
11 – 15 tahun
> 15 tahun
Tingkat Pendidikan
D1Keperawataan/kebidanan
D3 Keperawatan/kebidanan
Usia
21 - 30 tahun
31 - 40 tahun
> 40 tahun
Keikutsertaan pelatihan
Pernah
Tidak pernah
2225
1
10
326
0 11
18,18
18,18
18,18
45,46
9,10
90,90
27,27
18,18
54,55
0
100
sehingga dapat dikatakan bahwa pendidikan perawat/ bidan di Bangsal Anggrek 2
RSUP Dr. Sardjito sudah cukup tinggi. Untuk lama kerja yang terbanyak ≥15
tahun dengan persentase 45,45%. Dapat diketahui pula bahwa seluruh peserta
belum pernah mengikuti pelatihan sehingga akan mempengaruhi pengetahuannya.
C. Pengetahuan Responden tentang Asuhan Keperawatan pada
Postpartum
Untuk mengetahui pengaruh penggunaan media bantu VCD dan Modul
terhadap tingkat pengetahuan perawat dan bidan tentang asuhan keperawatan pada
ibu postpartum, digunakan analisis statistika uji rata-rata dua sampel dependen
(berpasangan), yaitu paired-samples t test (analisis parametrik pada data
berdistribusi normal).
Secara inferensi, dengan menggunakan paired-samples t test diperoleh pvalue=
0.432 > 0.05, artinya dengan tingkat signifikansi (tingkat kesalahan)
sebesar 5%, dapat disimpulkan bahwa penggunaan media bantu (VCD dan modul)
tidak berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan perawat mengenai asuhan
keperawatan pada ibu postpartum.
Sedangkan dengan menggunakan persentase pengaruh penggunaan media
bantu VCD dan Modul terhadap tingkat pengetahuan perawat/ bidan tentang
asuhan keperawatan pada ibu postpartum dapat dilihat sebagai berikut :
Tabel. 4. Daftar Nilai Pretest dan Posttest Peserta Pelatihan tentang Asuhan
Keperawatan pada Ibu Postpartum pada Bulan November 2007
Responden Rata-Rata Pengetahuan
pre test post test
88,53 90,06
Dari hasil persentase terhadap skor pengetahuan tentang asuhan keperawatan
pada ibu postpartum, secara umum mengalami peningkatan pengetahuan hal ini
ditunjukkan dengan nilai skor mean pre test sebesar 88,53 dan nilai post test 90,06
secara umum terjadi peningkatan sebanyak 1,5 poin meskipun peningkatan relatif
kecil namun nilai rata-rata peserta yang menjawab benar sebanyak 88% dan nilai
benar unutuk post test sebanyak 90% ini berarti pengetahuan perawat/ bidan
sebelum diberikan pelatihan sudah baik sekali (88%) dan tetap sangat baik setelah
diberi pendidikan kesehatan (90%) ini berarti terjadi peningkatan sebesar 1,5%
dari 11 orang perawat terdapat 5 perawat (45%) dengan tingkat pengetahuan yang
meningkat setelah diberikan pelatihan asuhan keperawatan pada ibu postpartum
dengan menggunakan media bantu VCD dan Modul, sedangkan 3 perawat lainnya
tidak mengalami perubahan tingkat pengetahuan dan sisanya mengalami
penurunan tingkat pengetahuan.
Dari hasil analisis data, dapat pula disimpulkan bahwa terdapat sedikit sekali
kenaikan antara skor sebelum dan sesudah pemberian pelatihan asuhan
keperawatan tentang ibu postpartum dengan menggunakan media bantu VCD dan
Modul. Dapat dikatakan pula bahwa VCD dan Modul tidak efektif sebagai media
bantu untuk meningkatkan pengetahuan perawat.
Sedikitnya peningkatan skor mungkin juga dipengaruhi oleh lamanya waktu
pelatihan yang terlalu singkat bagi subyek. Pelatihan ini hanya dilakukan selama 2
jam tanpa siaran ulang dan pengulangan pada hari selanjutnya. Lamanya waktu
penayangan juga berpengaruh terhadap proses belajar mengingat. Proses belajar
dan mengingat merupakan hal yang rumit, sirkuitnya berbeda-beda tergantung
dari macamnya tingkat belajar dan tingkatan makhluk yang mempelajarinya.
Lama penyimpanannya bervariasi tergantung dari tingkat penyimpanannya
(jangka pendek atau jangka panjang) (Djamarah, 1997). Pada pelatihan ini waktu
penayangan singkat dan hanya sekali tayang sehingga tidak bisa meningkatkan
tingkat belajar dan proses mengingat pada tingkat jangka panjang. Menurut
Hudoyo cit Wursanto (1998) proses belajar akan terjadi dengan lancar bila belajar
itu sendiri dilakukan secara kontinu. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan
bahwa seseorang akan lebih mudah untuk mempelajari sesuatu apabila belajar
didasari pada apa yang telah diketahui sebelumnya karena pengalaman
sebelumnya akan mempengaruhi kelancaran proses belajar. Hal ini sejalan oleh
Suryani (2008) bahwa konsep pendidikan yang diterapkan Depdiknas sekarang
yaitu berupa Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning).
Proses pembelajaran kontekstual yang disertai penggunaan media (VCD)
merupakan alternative pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan peserta
pelatihan, sehingga dapat mengoptimalkan kemampuan, penalaran dan
ketrampilannya untuk meningkatkan tingkat pengetahuan perawat/bidan tentang
asuhan keperawatan pada ibu postpartum. Penelitian ini juga berusaha mencapai
tujuan belajar tersebut dengan cara memberikan gambaran nyata sehingga peserta
didik mendapat pengalaman ”mengalami” apa yang dipelajarinya sehingga
mampu memberikan makna belajar jangka panjang.
Sedikitnya perbedaan skor mungkin juga dikarenakan faktor interna dan
eksterna. Faktor interna berhubungan dengan segala sesuatu yang ada pada diri
perawat/ bidan yang menunjang pembelajaran, seperti kelelahan, usia dan
motivasi. Pelatihan ini dilakukan pada jam 11.00-13.00 tepatnya setelah tindakan
keperawatan di pagi hari. Faktor kelelahan perawat/ bidan ini dimungkinkan juga
merupakan faktor interna yang menyebabkan malas mengikuti pelatihan dan
malas berfikir atau mengerjakan kuesioner. Hal ini juga sejalan dengan
pernyataan:
R1: ”Videonya kurang gayeng mohon diselingi yang tidak membuat
ngantuk”
R5: ”Videonya berlebih bervariasi, jadi dapat mengurangi ngantuk”
Faktor lain yang menyebabkan tidak adanya perbedaan skor yang signifikan
dimungkinkan karena waktu yang singkat dan kurang tepat, seperti pernyataan
sebagai berikut:
R : ”Jamnya lebih awal dan ditambahi”
R7: ”Waktunya kurang tepat”
R9: ”Pelatihan dilakukan 3-6 bulan sekali”
Pernyataan responden tersebut menunjukkan diperlukannya kontinuitas dalam
mengadakan pelatihan ini. Hal ini sejalan pula dengan Hudojo cit Wursanto
(1998) bahwa proses belajar akan terjadi dengan lancar bila belajar itu sendiri
dilakukan secara kontinu.
Skor pretest menunjukkan bahwa semua subyek sudah memiliki pengetahuan
yang sangat baik sehingga pelatihan tersebut hanya sebagai review dan
pengalaman ulang seperti yang yang disampaikan sebagai berikut:
R2: ”Pelatihan ini bermanfaat karena menambah wawasan”
R7: ”Tambah jelas”
R5: ”Tambah ilmu, tambah pengalaman juga”
R3: ”Tambah lebih tahu”
Faktor lain yang menyebabkan tidak adanya perbedaan skor yang signifikan
dimungkinkan karena faktor lingkungan yang kurang mendukung. Bangsal
Anggrek 2 RSUP Dr. Sardjito tidak dilengkapi ruang multimedia sehingga
pemutaran vcd hanya dilakukan pada ruangan yang tersedia. Kondisi ruangan
tersebut relatif kecil 3x5 meter dan terdapat viewer. Adapun alat-alat lain berupa
LCD, speaker dan laptop disediakan peneliti sendiri. Ruangan yang sempit
menyebabkan sebagian perawat yang duduk di belakang terpaksa duduk di luar
ruangan ketika pelatihan dilakukan. Pelatihan ini dilakukan tepat saat jam besuk
dibuka, sehingga suara dari luar cukup mengganggu pelaksanaan pelatihan ini.
Walaupun tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara skor pre test dengan
skor post test, akan tetapi terdapat sedikit kenaikan nilai mean (1,5%) hal ini
dimungkinkan karena tingkat pengetahuan perawat/ bidan sudah sangat baik
(>67%). Media bantu VCD dan modul ini dimungkinkan menjadi salah satu faktor
penyebab peningkatan skor mean ini. Isi dan tampilan VCD dan modul memiliki
daya tarik sehingga memotivasi peserta untuk mengikuti pelatihan ini.
Kenaikan skor sebanyak 1,5 % dimungkinkan juga karena berbagai macam
faktor. Antara lain media dan metode pengajaran yang baik. Disamping itu,
seorang pelatih pada proses belajar mengajar hendaknya menguasai bahan ajaran
dan memahami teori-teori belajar yang telah dikemukakan oleh para ahli.
Penguasaan terhadap apa yang akan diajarkan juga merupakan syarat esensial bagi
seorang pelatih. Kenaikan itu sesuai dengan penelitian De Porter yang
mengungkapkan manusia dapat menyerap suatu materi sebanyak 70% dari apa
yang dikerjakan, 50% dari apa yang didengar dan dilihat (audio visual),
sedangkan dari yang dilihatnya hanya 30%, dari yang didengarnya hanya 20%,
dan dari yang dibaca hanya 10%. Berdasarkan itu semua, maka keterlibatan
banyak indera akan makin mudah mempelajarinya (Saroso, 2008). Kemudian
menurut studi literatur yang dilakukan oleh Felder cit Pranata
(2005) terhadap mahasiswa di beberapa universitas terkemuka
di Amerika. Hasil penelitian terhadap mahasiswa menyatakan
bahwa 63% mahasiswa adalah active leaners, 67% sensing
leaners, dan 85% visual leaners. Kondisi tersebut setidaknya bisa
memberikan gambaran yang cukup umum bahwa seseorang
memiliki kecenderungan gaya belajar yang hampir sama yaitu
visual leaners. Pelatihan ini menggunakan media bantu VCD
yang diharapkan mampu meningkatkan keterlibatan banyak
indera (salah satunya dengan visual) untuk meningkatkan skor
pengetahuan.
Materi saja belum cukup untuk membawa peserta didik berpartisipasi secara
intelektual (Hudojo cit Wursanto, 1988). Kenaikan skor tersebut dimungkinkan
juga karena adanya peserta yang antusias, metode baru yang digunakan dan materi
pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan perawat/bidan. (Hasibuan cit Iswajuni,
1991)
Pelatihan ini menggunakan media bantu VCD dan Modul serta diikuti diskusi
untuk menjelaskan lebih lanjut tentang materi terkait. Penggunaan video sangat
baik dipergunakan untuk membantu pembelajaran, terutama untuk memberikan
penekanan pada materi yang sangat penting untuk diketahui oleh peserta
(Mujiyanto, 2007). Selain itu multimedia yang mengintegrasikan teks, grafik,
animasi, audio dan video juga telah mengembangkan proses pengajaran dan
pembelajaran ke arah yang lebih dinamik (Suroso, 2008).
Peningkatan skor tersebut dimungkinkan pula karena video merupakan inovasi
model. Menurut Situmorang cit Mujiyanto, (2003) video pembelajaran yang
menuntut ketrampilan seperti pada kegiatan praktikum sangat efektif bila
dilakukan dengan penuh persiapan. Sebelum praktikum dimulai, video
dipergunakan untuk memberikan arahan terhadap apa yang harus diamati selama
percobaan. Selanjutnya, video diputar kembali pada akhir praktikum untuk
mengklarifikasi hal-hal penting yang harus diketahui dari praktikum yang sudah
dilakukan. Demikian pula dengan intervensi keperawatan yang membutuhkan
keterampilan sebelum bertemu dengan pasien/ klien.
Salah satu fungsi dari metode yaitu sebagai alat motivasi ekstrinsik. Menurut
Sardiman cit Djamarah (1997), adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya,
karena adanya perangsang dari luar. Oleh karena itu metode berfungsi sebagai alat
perangsang dari luar yang dapat membangkitkan belajar seseorang. variasi
penggunaan metode diskusi ini diharapkan mampu mendorong keaktifan peserta
didik untuk berpartisipasi dalam proses belajar mengajar. Setelah pemutaran VCD
dilakukan diskusi untuk mengklarifikasi topik-topik yang belum dimengerti.
Forum diskusi ini langsung dipandu oleh seorang perawat ahli maternitas.
Menurut Djamarah (1997), metode diskusi ini memiliki kebaikan antara lain
dapat merangsang kreativitas peserta didik, mengembangkan sikap menghargai
pendapat orang lain dan memperluas wawasan. Sejalan dengan itu, metode diskusi
ini dilakukan pula untuk meningkatkan pencapaian hasil belajar.
D. Pengetahuan Responden Per Topik
Untuk mengetahui pengaruh penggunaan media bantu VCD dan Modul
terhadap tingkat pengetahuan perawat pada tiap-tiap topik maka digunakan
metode persentase.
Tabel. 5. Daftar Nilai Pretest dan Posttest Peserta Pelatihan tentang Asuhan
Keperawatan pada Ibu Postpartum Berdasarkan Topik
Bulan November 2007
No Topik Persentase
Pretest Posttest
1.
2.
3.
4.
5.
6789
10
Masalah menyusui
Masalah nyeri punggung
Masalah afterpain
Masalah perineum
Masalah perkemihan
Masalah eliminasi fekal
Masalah hemoroid
Masalah kelelahan
Masalah psikologis
Masalah pengetahuan perawatan
di rumah
84,54
96,36
77,27
90,01
72,73
92,42
92,42
90,91
98,18
88,64
88,18
67,27
86,36
95,04
80,00
96,97
98,48
89,09
96,36
93,18
Secara deskriptif, dari 10 keterampilan diatas terdapat kenaikan skor
pengetahuan pada keterampilan mengatasi masalah menyusui, masalah afterpain,
masalah perineum, masalah perkemihan, masalah eliminasi fekal, masalah
hemoroid dan masalah pengetahuan perawatan di rumah. Sedangkan pada 3
keterampilan mengatasi masalah nyeri punggung, masalah kelelahan dan masalah
psikologis, mengalami penurunan skor pengetahuan.
Peningkatan skor pengetahuan tentang asuhan keperawatan pada ibu
postpartum dimungkinkan karena penggunaan video sebagai media bantu belajar
yang mampu menampilkan demonstrasi sehingga tampak lebih berkesan.
Schramm cit Sudrajad (1977) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah
teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan
pembelajaran. Sementara itu, Briggs cit Sudrajad (1977) berpendapat bahwa
media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi
pembelajaran seperti : buku, film, video dan sebagainya. Sedangkan, National
Education Associaton cit Sudrajad (1969) mengungkapkan bahwa media
pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandangdengar,
termasuk teknologi perangkat keras. Dari pendapat di atas disimpulkan
bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan,
dapat merangsang fikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat
mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta didik.
Peningkatan skor pengetahuan ini dimungkinkan juga karena adanya
Experiential Learning (pengalaman belajar) yang ditunjukkan dengan
keterlibatan perawat/ bidan dalam menyaksikan pemutaran VCD tentang asuhan
keperawatan pada ibu postpartum. VCD menayangkan bentuk demonstrasi
tentang keterampilan praktik secara visual sehingga perawat/ bidan memiliki
pengalaman belajar yang lebih bermakna. Hal ini sejalan dengan teori belajar
koneksionisme Thorndike cit Nurhasanah (1949) yang bermakna bahwa belajar
merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi antara peristiwa-peristiwa
yang disebut stimulus dan respon. Artinya bahwa proses belajar akan lebih
bermakna jika media mampu membentuk asosiasi yang mirip dengan keadaan
sebenarnya. Adanya demonstrasi keterampilan praktik asuhan keperawatan pada
ibu postpartum juga mamberikan pengalaman belajar langsung berupa efek yang
membekas pada peserta didik.
Brown cit Sudrajad (1973) mengungkapkan bahwa media pembelajaran yang
digunakan dalam kegiatan pembelajaran dapat mempengaruhi terhadap efektivitas
pembelajaran. Pada mulanya, media pembelajaran hanya berfungsi sebagai alat
bantu guru untuk mengajar yang digunakan adalah alat bantu visual. Sekitar
pertengahan abad ke –20 usaha pemanfaatan visual dilengkapi dengan
digunakannya alat audio, sehingga lahirlah alat bantu audio-visual. Sejalan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), khususnya dalam
bidang pendidikan, saat ini penggunaan alat bantu atau media pembelajaran
menjadi semakin luas dan interaktif, seperti adanya komputer dan internet.
Akan tetapi adanya penurunan tingkat pengetahuan pada keterampilan masalah
nyeri punggung, masalah psikologis dan masalah kelelahan dimungkinkan karena
kendala teknis pembuatan video ini, sebagaimana pernyataan responden:
R 11 :”Baik sekali cara penyajiannya tapi kurang keras”
R7 :”Gambar diusahakan lebih baik dan rekamannya lebih baik”
Faktor lain yang menyebabkan turunnya tingkat pengetahuan dimungkinkan
karena ketiga kasus tersebut jarang terjadi sehingga kurang mendapatkan
perhatian dari perawat/bidan. Faktor lain yang mungkin menimbulkan
kebimbangan adalah materi yang terdapat dalam video tidak sesuai dengan
penelitian terbaru.
R2 :”Bagi penyaji mohon untuk selalu mengikuti perkembangan
pengetahuan yang terbaru agar tidak ketinggalan informasi,
contohnya penelitian terbaru”
Faktor lain yang menyebabkan turunnya tingkat pengetahuan dimungkinkan
karena media VCD dan modul belum bisa menjadi bahan substitusi keadaan
sebenarnya. Selain itu media VCD yang ditayangkan banyak berupa teks yang
tanpa disertai simulsi praktik, khususnya pada dua aspek tersebut (masalah
psikologis dan masalah kelelahan). Sedangkan penurunan skor pengetahuan pada
masalah nyeri punggung dimungkinkan karena permasalahan tersebut jarang
ditemukan di lapangan sehingga kurang menjadi fokus perhatian perawat/bidan.
Peran pendidik tidak bisa digantikan oleh media tersebut. Hal ini sejalan
dengan konsep mastery learning dimana pendidik harus mengusahakan upayaupaya
yang menghantarkan peserta mampu menguasai bahan pelajaran yang
diberikan. Berbagai hasil studi menyatakan bahwa hanya sebagian kecil peserta
yang mempu menguasai materi lewat bahan dan 90%-100% peserta menyatakan
mampu menguasai materi lewat penyajian guru (Djamarah, 1997). Hal ini tentu
saja berkaitan erat dengan kualitas pengajaran itu sendiri. Seperti yang dipaparkan
oleh Carol cit Djamarah (1997) bahwa faktor yang dominan dalam taraf
penguasaan belajar adalah kualitas pengajaran (the quality of instruction). Guru
juga memiliki tugas sebagai pendidik ataupun sebagai pengajar. Peran tersebut
mendorong keterlibatan guru sebagai faktor penentu keberhasilan pendidikan di
sekolah. Tugas guru yang utama adalah memberikan pengetahuan (cognitive),
sikap/nilai (affective), dan keterampilan (psychomotor) kepada anak didik.
Sedangkan tugas guru di lapangan pengajaran berperanan juga sebagai
pembimbing proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan. Dengan
demikian tugas dan peranan guru adalah mengajar dan mendidik. Berkaitan
dengan hal tersebut guru harus memiliki inovasi tinggi (Djamarah, 1997).
Demikian pula bagi seorang pelatih, diperlukan kompetensi sebagai seorang
guru supaya bisa menyampaikan materi sekaligus mendidik peserta pelatihan.
Pelatihan ini kurang melibatkan pelatih dan sebagian besar sesion difokuskan
pada pemutaran video sehingga aspek sikap/nilai (affective), dan keterampilan
(psychomotor) kurang diperhatikan.
Faktor lain yang menyebabkan penurunan tingkat pengetahuan perawat/ bidan
tantang asuhan keperawatan pada ibu postpartum dimungkinkan karena
kurangnya waktu ketika membaca modul sehingga menyebabkan modul kurang
efektif untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik. Menurut Riyana (2008)
modul adalah kesatuan program yang dapat mengukur tujuan pembelajaran.
Modul juga dapat dipandang sebagai paket program yang disusun dalam bentuk
satuan tertentu guna keperluan belajar. Manfaat modul sebagai model untuk
pembelajaran antara lain dapat meningkatkan motivasi peserta dan meningkatkan
konsentrasi belajar.
Pencapaian hasil belajar salah satunya dipengaruhi oleh bahan yang disajikan.
Idealnya, modul yang disajikan harus terperinci dan sistematis. Adapun modul
yang disajikan dalam pelatihan asuhan keperawatan pada ibu postpartum dibentuk
dengan membuat satuan-satuan terkecil dalam bab dan sub bab, akan tetapi belum
disertakan model evaluasi dan tampilan yang menarik sehingga cenderung
monoton. Waktu belajar juga diperlukan untuk memahami bahan tersebut supaya
lebih dimengerti.
E. Pengetahuan Responden tentang Asuhan Keperawatan pada Ibu
Postpartum Tiap Aspek Pertanyaan
Untuk mengetahui pengaruh penggunaan media bantu VCD dan modul
terhadap tingkat pengetahuan perawat pada tiap-tiap item pertanyaan maka
digunakan metode persentase.
Tabel. 6. Daftar Nilai Pretest dan Posttest Peserta Pelatihan Berdasarkan Item Soal
Bulan November 2007
No Pertanyaan Responden
Pre test (%) Post test (%)
1 Pertanyaan 1 100 100
2 Pertanyaan 2 72,7 45,5
3 Pertanyaan 3 45,5 90,9
4 Pertanyaan 4 90,9 100
5 Pertanyaan 5 81,8 100
6 Pertanyaan 6 81,8 72,7
7 Pertanyaan 7 90,9 81,8
8 Pertanyaan 8 90,9 100
9 Pertanyaan 9 90,9 90,9
10 Pertanyaan 10 100 100
11 Pertanyaan 11 100 54,5
12 Pertanyaan 12 100 72,7
13 Pertanyaan 13 100 90,9
14 Pertanyaan 14 90,9 18,2
15 Pertanyaan 15 90,9 100
16 Pertanyaan 16 100 100
17 Pertanyaan 17 63,6 90,9
18 Pertanyaan 18 90,9 100
19 Pertanyaan 19 63,6 54,5
20 Pertanyaan 20 90,9 100
21 Pertanyaan 21 100 100
22 Pertanyaan 22 36,4 72,7
23 Pertanyaan 23 100 100
24 Pertanyaan 24 90,9 100
25 Pertanyaan 25 90,9 100
26 Pertanyaan 26 100 90,9
27 Pertanyaan 27 100 100
28 Pertanyaan 28 100 100
29 Pertanyaan 29 90,9 100
30 Pertanyaan 30 81,8 90,9
31 Pertanyaan 31 90,9 54,5
32 Pertanyaan 32 54,5 54,5
33 Pertanyaan 33 72,7 100
34 Pertanyaan 34 100 100
35 Pertanyaan 35 45,5 90,9
36 Pertanyaan 36 100 100
37 Pertanyaan 37 81,8 90,9
38 Pertanyaan 38 90,9 90,9
39 Pertanyaan 39 100 100
40 Pertanyaan 40 81,8 100
41 Pertanyaan 41 100 100
42 Pertanyaan 42 100 90,9
43 Pertanyaan 43 100 100
44 Pertanyaan 44 100 90,9
45 Pertanyaan 45 81,8 100
46 Pertanyaan 46 72,7 100
47 Pertanyaan 47 100 100
48 Pertanyaan 48 100 100
49 Pertanyaan 49 90,9 100
50 Pertanyaan 50 81,8 100
51 Pertanyaan 51 100 100
52 Pertanyaan 52 81,8 45,5
53 Pertanyaan 53 100 90,9
54 Pertanyaan 54 100 100
55 Pertanyaan 55 100 90,9
56 Pertanyaan 56 100 100
57 Pertanyaan 57 90,9 100
58 Pertanyaan 58 90,9 90,9
59 Pertanyaan 59 100 100
60 Pertanyaan 60 45,5 63,6
61 Pertanyaan 61 100 100
62 Pertanyaan 62 100 100
63 Pertanyaan 63 72,7 90,9
64 Pertanyaan 64 100 100
65 Pertanyaan 65 100 100
Dari tabel diatas dapat dilihat adanya beberapa item pertanyaan yang memiliki
nilai ekstrim seperti pada pertanyaan no 3. Pertanyaan tersebut berkaitan dengan
topik masalah menyusui. Peningkatan skor sebanyak 45,5 cukup berarti,
dimungkinkan karena pertanyaan tersebut terjawab dalam peragaan dalam VCD.
Selanjutnya terdapat pula penurunan cukup drastis pada pertanyaan no 11 pada
topik nyeri punggung. Penurunan tersebut dimungkinkan karena pertanyaan
tersebut hanya dibahas di modul, tanpa pengulangan dalam VCD. Selanjutnya
pada pertanyaan no 14 terdapat penurunan skor sebanyak 72,7, hal ini
dimungkinkan karena terdapat pengertian yang kurang jelas berkaitan dengan
”massase ringan”. Sebagian perawat mengasumsikan massase tersebut mirip
dengan massase perut yang dilakukan pada klien dengan pengeluaran plasenta.
Pada pertanyaan no 22 mengenai masalah perineum terdapat kenaikan skor
pengetahuan sebanyak 36,3. Kenaikan skor ini dimungkinkan karena ada
penekanan yang disampaikan lewat tampilan VCD bahwa menurut penelitian
terakhir menyatakan bahwa pembersihan perineum cukup diberikan NaCl,
sedangkan pemberian antiseptik sudah tidak direkomendasikan lagi. Selanjutnya
pertanyaan item no 31 mengenai masalah perkemihan. Terdapat penurunan skor
pengetahuan sebanyak 36, 4 poin. Hal ini dimungkinkan karena topik tersebut
jarang terjadi sehingga kurang mendapat perhatian dari peserta pelatihan.
Dari hasil persentase terhadap skor pengetahuan tentang asuhan keperawatan
pada ibu postpartum tiap pertanyaan secara umum tetap. Pada 23 item pertanyaan
mengalami kenaikan skor. Pada 26 item pertanyaan lainnya menunjukkan nilai
yang tetap dan untuk 16 item pertanyaan sisanya menunjukkan penurunan skor
pengetahuan. Kenaikan skor pengetahuan ini dimungkinkan karena adanya media
bantu belajar VCD dan modul yang memiliki aspek tampilan dan demonstrasi di
dalamnya. Ali, M (2005) menyatakan bahwa penggunaan media pembelajaran
dengan menggunakan komputer mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
daya tarik siswa untuk mempelajari kompetensi yang diharapkan. Hal ini sejalan
dengan (Suroso, 2008) bahwa konsep pembelajaran dapat dilaksanakan jika
informasi tersebut menarik dan memotivasi peserta untuk terus belajar. Lebih
lanjut Muhibbin Syah (2006) menyatakan bahwa minat merupakan suatu
kecenderungan yang tinggi terhadap sesuatu. Dalam hal ini, dilakukan dengan
memberikan penekanan adanya semangat yang tinggi. Dengan demikian siswa
yang memiliki minat tinggi cenderung lebih berhasil dalam belajarnya.
Hal ini sesuai juga dengan pernyataan responden yang menyatakan antusiasme
ketika mengikuti pelatihan ini
R7 :”Menurut saya pelatihan ini baik sekali dan sesuai dengan yang
saya butuhkan sebagai bidan”
R5 :”Pelatihan ini bikin otak jadi fresh!! Setelah sekian lama tidak
mengikuti pelatihan/kuliah, pelatihan ini membuat otak jadi seger....”
R4 :”Menarik, kita bisa sering (mengulang kembali) mana yang
benar”
R6 :” Bisa refreshing”
R2 :”Sangat bagus, dengan begitu kami sebagai tenaga kesehatan
dapat menerapkan di lapangan cara yang benar ”
R3 :”Bagus sekali untuk menambah pengetahuan, mohon lain kali
diadakan lagi”
R1 :”Sangat menarik sebagai refreshing dan tambahan ilmu ”
R9 :”Pelatihan ini menarik, bermutu dan berguna untuk
meningkatkan pengetahuan”
Seels dan Richey cit Suryani (1994) menjelaskan bahwa media juga
merupakan alat komunikasi, segala sesuatu yang membawa informasi atau pesanpesan
dari sumber informasi kepada penerimanya mencakup film, televisi, bahan
cetak, radio, diagram, tabel dan sebagainya. Media ini bila dikaitkan dengan
pembelajaran merupakan sarana komunikasi dalam proses pembelajaran yang
berupa perangkat keras (hard ware) maupun perangkat lunak (soft ware) untuk
mencapai proses dan hasil pembelajaran secara efektif dan efisien, serta
mempermudah dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Ada 26 item pertanyaan yang memiliki skor tetap, hal ini bisa terjadi karena
pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh wawasan dan pengalaman masa lalu.
Selain pengetahuan masa lalu tingkat pengetahuan seseorang juga dipengaruhi
oleh proses perulangan. Dalam hal ini penayangan VCD hanya dilakukan satu kali
pada saat saat pelatihan, demikian juga pembacaan modul dilakukan pada saat itu
juga, sehingga hasil belajar kurang optimal. Sejalan dengan teori pengalaman
belajar, Dale’s Cone of Experience (Dale cit Ali, 1969) menyatakan bahwa
pengaruh media dalam pembelajaran dapat dilihat dari jenjang pengalaman belajar
yang akan diterima oleh siswa. Semakin konkret pengalaman belajar, pengalaman
belajar semakin melekat. Sedangkan pada penggunaan media ini masih berada
pada posisi puncak berupa visualisasi, sehingga hasil belajar belum begitu tampak
(abstrak). Hasil belajar akan semakin terlihat jika sudah mencapai taraf
pengalaman langsung (berinteraksi dengan lingkungan).
Pada 16 item pertanyaan lainnya menunjukkan penurunan tingkat pengetahuan
dimungkinkan karena media tersebut belum bisa menggantikan fungsi pelatih
(guru), sehingga pada beberapa aspek keterampilan masih diperlukan penjelasan
dari pengajar. Perlu diperhatikan pula bahwa teknologi hanya bertindak sebagai
pelengkap, tambahan atau alat bantu kepada guru. Teknologi tidak akan
mengambil alih tempat dan tugas pelatih (guru) (Suroso, 2008).
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari penelitian yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan untuk menjawab
rumusan masalah penelitian :
1. Pelatihan tentang asuhan keperawatan pada ibu postpartum
dengan menggunakan media bantu VCD dan modul dapat
meningkatkan skor pengetahuan perawat/bidan tentang asuhan
keperawatan pada ibu postpartum, akan tetapi hasilnya tidak
bermakna.
2. Terdapat peningkatan skor pengetahuan perawat/bidan setelah
pelatihan tentang asuhan keperawatan pada ibu postpartum
pada aspek: masalah menyusui, afterpain, perineum,
perkemihan, eliminasi fekal, hemoroid dan pengetahuan
perawatan di rumah.
3. Terdapat penurunan skor pengetahuan perawat/ bidan pada 3
aspek antara lain: masalah nyeri punggung, kelelahan dan
psikologis.
4. Pengetahuan perawat/ bidan sebelum diberikan pelatihan sudah
baik sekali dan tetap sangat baik setelah diberi pelatihan
tentang asuhan keperawatan pada ibu postpartum dengan media
bantu VCD dan modul.
B. Saran
Adapun saran yang dapat peneliti sampaikan adalah :
1. Bagi penelitian selanjutnya perlu menggunakan kuesioner yang reliable
supaya hasil lebih terpercaya.
2. Bagi penelitian selanjutnya perlu ditambahkan kuesioner tentang kualitas
pelatihan supaya dapat diketahui keunggulan pelatihan dan kelemahan
pelatihan ini.
3. Diperlukan penelitian lebih lanjut yang melibatkan lebih banyak sampel
supaya hasil lebih representatif.
4. Bagi Kepala Bangsal Anggrek 2 RSUP Dr. Sardjito, perlu dilakukan
pelatihan yang kontinu supaya output lebih terasa.
5. Bagi Kepala Bangsal Anggrek 2 RSUP Dr. Sardjito, perlu dilakukan
palatihan yang komperhensif dengan mempersiapkan tempat dan waktu
yang memadai.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, M, 2008, Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis Multimedia untuk
Memfasilitasi Belajar Mandiri pada Mata Kuliah Medan Elektromagnetik
di Jurusan Pendidikan Teknik Elektro FT UNY, diakses tanggal 1 Maret
2008, Website URL http://www.elektro.uny.ac.id/muhal
Ambarwati, W. N., 2006, Pendidikan Kesehatan Mengatasi Keluhan Hamil pada
Ibu-Ibu Hamil di Asrama Group II Kopasus Kartasura, WARTA, Vol 9,no
2: 107-122.
Arikunto, S., 2002, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Rineka Cipta,
Yogyakarta.
Bappenas, 2007, Meningkatkan Kesehatan Ibu : Laporan Perkembangan
Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium Indonesia, diakses 16 Juli
2007 website URL
http://www.bappenas.go.id/index.php?module=Filemanager&func=downl
oad&pathext=ContentExpress/&view=8/IndonesiaMDG_BI_Goal5.pdf
Bobak, I., Deitre Margaret, Shannon., 2004, Maternity Nursing, Mosby Year
Book, St Louis.
Chatarina, 2007 Peningkatan Kemampuan Apresiasi Dongeng dalam
Pembelajaran Sastra melalui Media VCD di SMP Negeri 2 Cangkringan
Kabupaten Sleman Yogyakarta, diakses tanggal 1 Meret 2008, Website
URL http://lpmpjogja.diknas.go.id
Depdiknas, 2003, Belajar Mengajar Sistem Modul, diakses 16 Juli 2007, Website
URL http://www.geocities.com/guruvalah/modul_untuk_smk.pdf
Depkes, 1998, Perbandingan AKI dengan Negara Lain, diakses 15 Juli 2007,
website URL
http://bankdata.depkes.go.id/Profil/Indo98/Contens/bab6a.htm
Dewobroto, W., 2005, Strategi Pembelajaran Era Digital Usulan Skenario dan
Menyambut Transformasi UPH sebagai Kampus Digital, Jurnal
Pendidikan dan Kebudayaan, no 056, 711-733.
Djamarah, Syaiful Bari dan Zain Aswan, 1997, Strategi Belajar Mengajar, Rineka
Cipta, Jakarta
Hartono, A., 1996, Prinsip-Prinsip Keperawatan, Andi, Yogyakarta.
Harun, J., Multimedia dalam Pendidikan, diakeses 15 Juli 2007, Website URL
http://www.ctl.utm.my/publications/manuals/mm/elemenMM.pdf
Hidayat, A. A. A., 2004, Pengantar Konsep Dasar Keperawatan, Salemba
Medika, Jakarta.
Inayati, R., 2004, Evektifitas Media VCD dan Folder Program Harm Reduction
pada Kelompok Injection Drug User (Aspek Risk Human Immuno
Deficiency Virus), Tesis, Program Pascasarjana UGM, Yogyakarta.
Jakir, A.R., 2006, Faktor yang Berhubungan dengan Pemilihan Tenaga Kesehatan
Penolong Persalinan oleh Ibu Bersalin di Wilayah Kerja Puskesmas
Borong Kompleks Kab. Sinjai Tahun 2006, diakses 28 Juli 2007, Website
URL http://ridwanamiruddin.wordpress.com/2007/05/05/pemilihantenaga-
penolong-persalinan-di-borong-sinjai
Lismidar,H., 1990, Proses Keperawatan, Penerbit Univesitas Indonesia, Jakarta.
Metekohy, F. A., 2004, Pengaruh Media Ceramah, Leaflet dan VCD dalam
Pencegahan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKI) di Kab.
Maluku Tengah, Tesis, Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.
Mochtar, R., 1998, Sinopsis Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi, EGC, Jakarta.
Mujiyanto, 2008, Penggunaan Media Pendidikan pada Pengajaran
Matematika di Sekolah Menengah, diakses tanggal 1 Maret 2008, Website
URL http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi-tugas
makalah/matematika/penggunaan-media-pendidikan-pada-pengajaran
Notoatmodjo, S., 1997, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Rineka Cipta, Jakarta.
Nurhasanah, 2008, Teori Belajar Behavioristik, diakses tanggal 1 April 2008,
http://www.uny.ac.id/akademik/sharefile/files/222.124.209.201_22042007
102130_atik_pgsd.doc
Permata, S.P., 2002, Hubungan Pendidikan, Pengetahuan Kesehatan Maternal, dan
Pendapatan dengan Efektivitas Gerakan Sayang Ibu (GSI) dalam
Meningkatkan Cakupan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan, Jurnal
Penelitian UNIB, Vol. VIII, No 2, Juli 2002, Halaman 100-104.
Pranata, Yosafat Adi, 2006, Visualisasi Pembelajaran Tekuk pada Kolom dengan
Bantuan Software Berbasis Perhitungan Numerik, diakses tanggal 1 April
Website URL www.geocities.com/ajipranata/yap_lkbali2006_2.pdf ,
vizu\liz\zi
Purwantiningsih, S., 2006, Evaluasi Pelaksanaan Perawatan Luka Jahitan
Perineum pada Ibu Post Partum di Unit Kebidanan, Jurnal Ilmu
Keperawatan, Mei, 98-102.
Riyana, Cepi, 2008, Peranan Teknologi dalam Pembelajaran, diakses tanggal 1
April 2008, Website URL http://www.cepiriyana.blogspot.com
Roeshadi, R. H., Upaya Menurunkan Angka Kesakitan dan Angka Kematian Ibu
pada Penderita Preeklampsia dan Eklampsia, USU Online 2006, diakses
15 Juli 2007. Website URL http://library.usu.ac.id/download/ebook/
Haryono.pdf
Saifuddin, A.B., 2004, Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Universitas
Indonesia, Jakarta.
Saroso, Siswo, 2008, Upaya Pengembangan Pendidikan melalui Pembelajaran
Berbasis Multimedia, diakses tanggal 1 April 2008,Website URL
media.diknas.go.id/media/document/5650.pdf
Shane, B., Alih bahasa Gulardi Wiknjosastro, Mencegah Perdarahan Pasca
Persalinan: Menangani Persalinan Kala Tiga, Out Look Juni 2002
(Online), diakses 16 Juli 2007, Website URL
http://www.path.org/files/Indonesian_19-3.pdf
Sriyono, 2001, Pendidikan Kesehatan melalui Metode Diskusi Kelompok dan
Ceramah Menggunakan Media Audiovisual untuk Meningkatkan
Pengetahuan, Sikap dan Keterampilan Kader Posyandu dalam Menemukan
Tersangka Tuberculosis Paru. Thesis, Program Pascasarjana UGM,
Yogyakarta.
Sudrajad, Media Pembelajaran, diakses tanggal 1 April 2008, Website URL
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/12/media-pembelajaran/
Sugiyono, 2006, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan Research and
Development, Alfabeta, Bandung.
Suleiman, A.H., 1988, Media Audio Visual untuk Pengajaran, Penerangan dan
Penyuluhan, PT Gramedia, Jakarta.
Suparno, A.S., 2001, Membangun Kompetensi Belajar, Direktorat Jendral
Pendidikan Nasional, Jakarta.
Suryani, Nunuk, 2008, Pengaruh Penerapan Pendekatan Kontekstual Bermedia
VCD terhadap Pencapaian Kompetansi Belajar Sejarah (Studi
Eksperimental di SMA Negeri 1 Karanganyar dan SMA Negeri
Karangpandan Tahun Ajaran 2006/2007), diakses tanggal 1 April 2008
Website URL
pasca.uns.ac.id/download/PPPKBermediaVCD_HjNunuk.pdf
Sutopo, A.H., 2003, Multimedia Interaktif dengan Flash, Graha Ilmu,
Yogyakarta.
Syah, Muhibbin, 2006, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, PT
Remaja Rosdakarya, Bandung
Triana, W., 2002, Pendidikan Kesehatan melalui Metode Ceramah dan Modul
dibandingkan Metode Ceramah tanpa Modul untuk Meningkatkan
Pengetahuan dan Sikap Wanita dalam Menghadapi Menopause di Kota
Yogyakarta, Tesis, Program Pasacasarjana UGM, Yogyakarta.
Universitas Indonesia, 7 April 2005, Make Every Mother and Child Count,
Universitas Indonesia (Online), diakses 15 Juli 2007
WHO, 1992, Pendidikan Kesehatan (diterjemahkan oleh Ida Bagus Tjitarsa),
Penerbit ITB dan Udayana, Bandung
WHO, 2005, Make Every Mother and Child Count, diakses 28 Juli 2007, Website
URL http://www.who.int/whr/2005/whr2005_en.pdf
WHO, 2006, WHO. Recommendation for the Prevention of Postpartum
Haemorrahage, diakses 28 Juli 2007, Website URL
http://whqlibdoc.who.int/hq/2007/WHO_MPS_07.05_eng.pdf
Wursanto, 2002, Pengembangan desain materi pelatihan SDM untuk
menghasilkan kompetensi karyawan, diakses tanggal 1 Maret 2008,
Website URL www.damandiri.or.id/file/aitiyawahyupermanaunairbab6.pdf
-
Yulianto, W.A., Refleksi Wafatnya R.A. Kartini bagi Para Suami, Kompas edisi
Senin, 19 April 2004. Diakses 15 Juli 2007, Website URL
http://kompas.com/kompas-cetak/0404/19/swara/969638.htm
LAMPIRAN
LEMBAR PERMOHONAN SEBAGAI RESPONDEN
Kepada Ykh
Saudara : ………………………
Di tempat
Dengan hormat,
Sehubungan dengan penelitian yang akan dilakukan mengenai pengaruh
penggunaan media bantu VCD dan modul terhadap tingkat pengetahuan perawat
tentang asuhan keperawatan pada ibu postpartum, maka peneliti mohon kesediaan
saudara untuk mengisi daftar pertanyaan berikut. hasil jawaban saudara
merupakan sumbangan yang sangat berarti bagi upaya peningkatan derajad
kesehatan masyarakat terutama terhadap upaya peningkatan sikap dan
pengetahuan perawat, kesehatan ibu postpartum dan penanggulangan masalah ibu
postpartum.
Jawaban yang paling benar adalah jawaban yang sesuai dengan pendapat Saudara
sendiri, dan tidak perlu sama dengan orang lain karena setiap orang memiliki
kebebasan untuk memilih. Oleh karena itu Saudara diharapkan menberi jawaban
yang jujur, terbuka dan apa adanya, sesuai yang Saudara ketahui. Selain itu
identitas Saudara benar-benar dilindungi sehingga Saudara dapat memberi
jawaban leluasa.
Akhir kata, saya mengucapkan terimakasih atas ketulusan dan partisipasi Saudara,
semoga penelitian ini bermanfaat bagi masyarakat dan profesi khususnya.
Hormat saya,
Rafika Dora Wijaya
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Dengan ini menyatakan bersedia menjadi responden penelitian yang
dilakukan oleh :
Nama : Rafika Dora Wijaya
Status : Mahasiswa PSIK FK UGM
NIM : 04/174842/ KU/11002
Judul : Pengaruh penggunaan media bantu VCD dan modul terhadap tingkat
pengetahuan perawat tentang asuhan keperawatan pada ibu postpartum
di bangsal Anggrek 2 RSUP. Dr. Sardjito
Saya akan memberikan informasi yang benar dan jelas untuk membantu
penelitian ini. Demikian pernyataan ini saya buat secara sukarela dan tanpa unsur
paksaan dari siapapun.
Yogyakarta, .....................2007
LEMBAR DATA DIRI RESPONDEN
Jawablah pertanyaan berikut dengan menuliskan atau melingkari jawaban yang
sesuai dengan pendapat Saudara
1. No Responden :
2. Umur :
3. Pendidikan terakhir :
4. Tanggal pengisian :
5. Alamat :
6. Sudah berapa tahun menjadi perawat RSUP. Dr. Sarjito? ……..tahun
7. Sudah pernahkah Anda mendapat pelatihan tentang asuhan keperawatan pada
ibu postpartum?
pernah Kapan
tidak
8. Apakah Saudara pernah mendapat informasi tentang asuhan keperawatan pada
ibu postpartum dengan menggunakan media VCD dan modul?
1. ya 2. tidak
DAFTAR PERTANYAAN ALAT UKUR PENGETAHUAN TENTANG
ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU POSTPARTUM
MASALAH MENYUSUI
No Pernyataan Benar Salah
1 Cara menopang payudara yang benar dengan meletakkan ibu
jari di atas payudara sambil menekan dan keempat jari
lainnya menopang di bawahnya
2 Posisi menyusui yang benar mulut bayi diarahkan pada
payudara ibu dengan posisi dagu bayi tidak menyentuh badan
ibu
3 Ibu memasukkan jari tengah pada sudut mulut bayi untuk
mengeluarkan puting secara perlahan
4 Perawat perlu menganjurkan kepada ibu untuk terus menerus
menyusui tanpa menunda menyusui .
5 Kompres hangat dapat dilakukan pada payudara yang
tersumbat.
6 Massage pada daerah areola mamae diperlukan untuk
mengeluarkan puting yang tenggelam.
7 Payudara dapat dibersihkan dengan menggunakan air bersih
biasa atau air hangat.
8 Ibu menyusui minimal harus minum 8 gelas sehari.
9 Ibu bisa menggunakan ASI juga untuk mengantisipasi
terjadinya infeksi pada daerah yang luka.
10 Pada metode rooming in memungkinkan adanya bentuk
pendidikan kesehatan untuk persiapan perawatan bayi dan ibu
di rumah.
MASALAH NYERI PUNGGUNG
No Pernyataan Benar Salah
11 Selingan duduk, berdiri dan peregangan adalah cara
mengatasi nyeri punggung.
12 Ibu bisa mengkompres dengan air hangat untuk mengurangi
rasa sakit nyeri pinggang.
13 Untuk memperlancar aliran darah di daerah pinggang, ibu bisa
menggunakan ice pack.
14 Massase ringan daerah punggung tidak perlu dilakukan untuk
mengurangi nyeri punggung setelah melehirkan.
15 Hendaklah memilih kursi dengan sandaran yang nyaman
sehingga punggung bisa lebih rileks.
MASALAH AFTERPAIN
No Pernyataan Benar Salah
16 Afterpain terjadi saat involusi.
17 Massase fundus uteri dapat membantu ibu mengurangi
afterpain.
18 Kejadian afterpain lebih sering pada primipara
cara mengurangi nyeri punggung menggunakan teknik
relaksasi.
19 Teknik pernafasan dalam digunakan dengan dengan cara
meletakkan kedua tangan di atas dada, kemudian dilanjutkan
dengan mengambil nafas dari hidung dan mengeluarkannya
lewat mulut.
MASALAH PERINEUM
No Pernyataan Benar Salah
20 Membersihakan area vagina dan perineum dapat dilakukan
dari belakang ke depan.
21 Sebelum perawatan perineum kita harus mencuci tangan.
22 Cara merawat daerah kemaluan dengan dibersihkan,
dikeringkan dan diolesi antiseptik.
23 Menjaga perineum tetap kering tidaklah begitu mengganggu
kesehatan.
24 Perineum basah baik untuk kesehatan
25 Menjaga kebersihan merupakan tujuan perawatan daerah
kemaluan setelah bersalin
26 Setelah cebok sebaiknya membersihkan perineum dengan
memakai lap kering.
27 Cara mengoles kapas steril pada saat membersihkan
perineum adalah dari bawah ke atas.
28 Ibu sebaiknya mengganti balutan sesering mungkin.
29 Setiap kali buang air besar/ buang air kecil ibu mengganti
balutan.
30 Pengobatan teratur dan makan vitamin penting untuk
mencegah infeksi luka bekas sayatan waktu melahirkan.
MASALAH PERKEMIHAN
No Pernyataan Benar Salah
31 Mengalirkan air dingin disekitar perineum meupakan salah
satu cara yang penting
32 Trauma dan nyeri panggul akibat dorongan saat melahirkan
serta laserasi vagina bisa menyebabkan keinginan berkemih
meningkat
33 Kateterisasi dilakukan jika terjadi distensi kandung kemih
34 Terapi antibiotik perlu dilakukan jika terdapat tanda infeksi
35 Perdarahan bisa terjadi jika terjadi distensi yang
berkepanjangan.
MASALAH ELIMINASI FEKAL
No Pernyataan Benar Salah
36 Masalah eliminasi fecal terjadi karena tonus otot menurun
selama proses persalinan dan awal postpartum.
37 Laxantia bisa diberikan bila ada obstipasi dan timbul berak
lunak.
38 Penanganan pertama jika ibu mengalami berak lunak dengan
memberikan laxsantia.
39 Ibu merasakan nyeri saat defekasi karena laserasi dan
hemoroid.
40 Buang air besar secara spontan bisa tertunda selama 2-3 hari
setelah ibu melahirkan.
41 Bila ada obstipasi dan timbul BAB yang keras, perawat/ bidan
bisa menganjurkan agar ibu mengkonsumsi makanan yang
mengandung serat tinggi, buah-buahan dan minum banyak.
MASALAH HEMOROID
No Pernyataan Benar Salah
42 Tekanan otot dubur dan bengkak menyulitkan pengeluaran
faeces dan bisa terjadi perdarahan.
43 Ibu dianjurkan untuk menghindari duduk terlalu lama dan
mengubah posisi duduk.
44 Latihan kegel bisa menimbulkan nyeri dan memperlama masa
penyembuhan ibu yang mengalami haemoroid
45 Ibu dianjurkan untuk meningkatkan intake cairan, diet
berserat, cukup istirahat, dan latihan kegel untuk mengatasi
haemoroid.
46 Sitz baths (berendam) 2-3 kali / hari merupakan salah satu
perawatan untuk ibu yang mengalami hemoroid.
47 Penting menganjurkan ibu untuk menghindari duduk terlalu
lama dan mengubah posisi duduk, untuk mencegah adanya
hemoroid.
MASALAH KELELAHAN
No Pernyataan Benar Salah
48
Mobilitas ibu diatur sesuai dengan kemampuan tergantung
tingkat pengetahuan ibu.
49 Seorang ibu sangat lelah setelah melahirkan.
50 Ibu minimal harus beristirahat selama 8 jam setelah
melahirkan.
51 Istirahat cukup memberikan energi untuk kebutuhan ibu dan
bayi
52 Waktu tidur yang kurang tidak mepengaruhi pemulihan kondisi
fisik dan mental ibu.
MASALAH PSIKOLOGIS
No Pernyataan Benar Salah
53 Pengertian dan dukungan suami tidak diperlukan dalam
menunjang keberhasilan menyusui.
54 Dukungan sosial diperlukan untuk menyesuaikan
permasalahan oleh ibu postpartum.
55 Kecemasan dan ketidakpercayaan ibu tidak berpengaruh
pada proses menyusui.
56 Ibu hendaknya mencari dukungan sosial dari orang
disekitarnya untuk menolong proses penyesuaian diri.
57 Beristrahat dan mau menerima bantuan orang lain bisa
mempercepat pemulihan kondisi ibu dan bayi.
MASALAH PENGETAHUAN
No Pernyataan Benar Salah
58 Bayi baru lahir sebaiknya dimandikan dengan teknik sponge
bath
59 Suhu bayi tidak perlu diperhatikan sebelum dilakukan teknik
mandi seka (sponge bath)
60 Tali pusat dibersihkan dengan menggunakan alkohol 50%
untuk menjaga kesterilan.
61 Pada perawatan tali pusat, daerah tersebut dibiarkan terbuka
supaya mempercepat pengeringan.
62 Tanda-tanda infeksi pada tali pusat meliputi bau yang
menyengat, kemerahan, dan pembengkakan.
63 Apabila terdapat nyeri tekan di vagina, pasangan dapat
diinstruksikan untuk memasukkan satu atau lebih jari yang
sudah diberi pelumas dan putar jari tersebut di dalam vagina
untuk membuatnya lebih rileks.
64 Gel yang larut dalam air, atau jeli kontrasepsi bisa
direkomendasikan sebagi pelumas pada aktivitas senggama
65 Sebagai perawat/ bidan pasangan yang memilih kontrasepsi
harus diberi informasi tentang pencegahan kehamilan yang
tidak diinginkan juga tentang perlindungan terhadap PMS
(Penyakit Menular Seksual)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar